Lagi, Malaysia Bersiap Naikkan Suku Bunga Seiring Pelemahan RInggit
ini merupakan kenaikan berturut-turut pertama kali yang dilakukan lagi dalam lebih dari satu dekade terakhir.
IDXChannel - Bank Negara Malaysia (BNM), bank sentral di negara tersebut, diyakini bakal segera menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (6/7/2022) mendatang. Jika benar dilakukan, maka ini merupakan kenaikan berturut-turut pertama kali yang dilakukan lagi dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Sebagaimana diketahui, BNM pada Mei 2022 lalu secara tak terduga telah memiliih menaikkan suku bunga kebijakan overnight sebesar 25 basis poin menjadi 2,00 persen meski posisi inflasi tergolong rendah. Meski demikian, sejumlah ekonom meyakini kenaikan bunga masih perlu dilakukan hingga ke level 2,25 bps pada Juli 2022 ini seiring inflasi yang justru terus merangkak naik.
Terakhir kali BNM melakukan kenaikan suku bunga secara berturut-turut yaitu pada pertengahan 2010 lalu. Meski demikian, BNM berjanji masih akan tetap mengambil langkah terukur dan bertahap, meski perekonomian domestik Malaysia diperkirakan bakal sedikit mengalami perlambatan dibanding negara-negara kawasan.
Bahkan, posisi inflasi diperkirakan masih akan terus menanjak seiring nilai tukar Ringgit yang tersus melemah akibat tekanan dari kenaikan suku bunga The Fed. Karenanya, sejumlah ekonom bahkan memprediksi kenaikan masih berpotensi dilakukan kembali pada September mendatang, dengan porsi sebesar 2,5 bps.
"BNM akan mencermati potensi tekanan dari kenaikan inflasi yang berasal dari kenaikan upah minimum baru-baru ini, penyesuaian ke atas dalam plafon harga untuk produk makanan tertentu, dan kenaikan inflasi tarikan permintaan di belakang pembukaan kembali ekonomi," ujar Derrick Kam, ekonom Asia di Morgan Stanley.
Inflasi di Malaysia memang tercatat naik menjadi 2,8 persen pada Mei 2022 lalu, dari semula 2,3 persen pada bulan sebelumnya. Sementara Ringgit Malaysia melemah pada triwulan terakhir, menggenapi pelemahan hampir enam persen di sepanjang tahun ini.
"Ringgit telah jatuh terhadap greenback karena kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS, dan menaikkan suku bunga kebijakan overnight akan membantu menopang mata uang dengan mempertahankan perbedaan suku bunga," ujar Denise Cheok, ekonom di Moody's Analytics, dalam laporan yang sama. (TSA)