13 BUMN Masih Rugi, Ini Penjelasan Erick Thohir
Sebanyak 13 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat masih membukukan kerugian, mulai dari BUMN sektor pariwisata hingga BUMN karya.
IDXChannel - Sebanyak 13 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat masih membukukan kerugian, mulai dari BUMN sektor pariwisata hingga BUMN karya.
Di bidang aviasi dan pariwisata, kerugian dialami oleh PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney dan anak usahanya, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC).
"Ada 13 tapi (BUMN), tapi inikan jumlah BUMN itu dari 13 itu ada holding dan anak perusahaan, contoh InJourney dan ITDC," ungkap Menteri BUMN, Erick Thohir, saat ditemui di INews Tower, Selasa (2/5/2023).
Erick mengatakan kerugian induk holding dan anggotanya itu lantaran dampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 lalu. Meski begitu, kinerja keuangan kedua perseroan sudah masuk dalam tahap pemulihan (recovery).
"Kenapa ini masih belum sehat? Karena kemarin kita baru kena Covid, jadi satu grup ini masih rugi," ucapnya.
Untuk sektor infrastruktur, Erick mengaku BUMN Karya juga masih mencatatkan kerugian yang berarti. Dia mengatakan ada beberapa perusahaan yang masih terbebani utang.
"Lalu karya-karya (BUMN), ini isu karya terbebani, benar. Kalau ada utang korupsi kita sikat," tutur dia.
Dari arsip pemberitaan MNC Portal, total utang atau liabilitas BUMN Karya mencapai ratusan triliun rupiah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari utang empat perusahaan yang tercatat hingga kuartal III/2022.
Empat perusahaan yang dimaksud adalah PT Waskita Karya Tbk dengan kewajiban, termasuk utang, sepanjang 9 bulan 2022 sebesar Rp82,40 triliun.
Lalu, PT Wijaya Karya Tbk yang membukukan total utang hingga kuartal III/2022 sebesar Rp56,75 triliun. Jumlah itu naik 9,2 persen dari posisi sebelumnya yakni Rp51,95 triliun.
PT Adhi Karya Tbk dengan jumlah utang
hingga September 2022 mencapai Rp31,58 triliun. Angka utang ini mengalami penurunan dari posisi sebelumnya atau hingga kuartal III/2021 yakni Rp34,24 triliun.
BUMN Karya lain, PTPP dengan kenaikan utang hingga menjadi Rp43,42 triliun. Angka itu naik 5,29 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021 yakni Rp41,24 triliun. (RRD)