25 Pabrik Bio-CNG Rp1,6 Triliun Mulai Dibangun di Sumatera Utara
Proyek pembangunan pabrik Bio-CNG mulai dibangun di Sumatera Utara dengan investasi USD110 juta atau sekitar Rp1,67 triliun.
IDXChannel - Proyek Pembangunan Pabrik Biomethane Compressed Natural Gas (BioCNG) sebagai bagian dari transisi dan dekarbonisasi energi terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara dimulai.
Peletakkan baru pertama (groundbreaking) proyek yang dikelola PT KIS Indonesia (KIS Group) itu dilaksanakan di perkebunan PT United Kingdom Indonesia Plantation di Blangkahan POM, Desa Blangkahan, Kecamatan, Kuala Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Rabu (28/9/2022) pagi.
Direktur Bioenergi Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE), Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo mengatakan, pada tahap I direncanakan akan dibangun sebanyak 25 pabrik BioCNG.
Masing-masing dengan kapasitas 15.500 M3 BioCNG per hari, dengan tolal 387.000 M3 BioCNG. Dari produksi BioCNG itu, diperkirakan akan dihasilkan pengurangan 3,7 Juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 Juta kredit karbon per tahun.
Edi mengapresiasi upaya yang dilakukan PT KIS Group yang telah berkontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan biogas menjadi energi.
“Proyek BioCNG Plant yang yang merupakan pembangunan pertama dari 25 proyek serupa yang akan dibangun hingga tahun 2024. Dengan pembangunan ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya baik dari KIS Group dalam ikut serta menyukseskan program peningkatan pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, lanjut Edi, berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) yang merupakan tindak lanjut dari Paris Agreement dan disahkan melalui UU Nomor 16 Tahun 2016.
Dalam NDC disampaikan bahwa target penurunan emisi Indonesia pada tahun 2030 mencapai 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Adapun sebagai upaya penguatan komitmen ini, Indonesia telah memperbarui NDC pada bulan Juli 2021 dan bertekad mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih awal
Edi menambahkan, dalam mendukung program transisi energi, pemerintah melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru terbarukan secara bertahap, terukur dan cepat. Di antaranya adalah dengan menetapkan target pemanfaatan EBT sebesar 23% pada 2025 sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional.
"Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil,” lanjut Edi.
“Salah satu terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti LPG yakni Bio-CNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas),” dia menambahkan.
Pemerintah berharap kerja sama dengan beberapa mitra dapat mempercepat pemanfaatan BioCNG sebagai sumber energi alternatif menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil yang sebagian besar didapat melalui impor.
“Harapan kami dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh, BioCNG akan dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg)," ujarnya.
"Sebagaimana yang diketahui sebagian besar suplai LPG berasal dari impor (sebesar 74%) sehingga berdampak pada defisit neraca perdagangan. Proyek BioCNG diharapkan dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha Pemerintah menurunkan impor LPG,” harap Edi.
CEO PT KIS Indonesia, K.R. Raghunath mengatakan, telah membangun lebih dari 20 pabrik Biogas dengan sukses di Indonesia sejak tahun 2012.
Pada proyek Bio-CNG ini mereka akan melakukan komisioning 3 proyek pertama Bekerja sama dengan AEP Group dan Mahkota Group Pada April 2023 hingga November 2023 dengan volume BioCNG mencapai 1.230 MMBtu per hari.
"PT KIS juga telah menandatangani kontrak untuk waktu yang panjang dengan PTPN IV, AEP Group, Mahkota Group dan Group lainnya untuk memasok limbah organik," kata Raghunath.
Raghunath lebih lanjut menyebutkan, Unilever Oleochemical Indonesia membeli Carbon Negative Biofuel (BioCNG®) ini untuk menggantikan bahan bakar fosil demi mempercepat tercapainya target Net Zero.
"Unilever akan menjadi yang pertama di Asia atau Indonesia yang menggunakan BioCNG® untuk menggantikan bahan bakar fosil dalam skala besar," sebutnya.
Pada Desember 2024, lanjut Raghunath, KIS Group akan menyelesaikan 25 pabrik dengan investasi USD110 juta dan akan mengurangi emisi karbon sebesar 3,7 juta ton CO2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun. Proyek-proyek ini juga menciptakan lapangan kerja dalam skala besar.
Jika dihitung dengan asumsi kurs hari ini Rp15.236 per USD, maka nilai investasi USD110 juta setara dengan Rp1,67 triliun.
"Proyek BioCNG® merupakan langkah penting menuju target NDC 2030 dan NZE (Net Zero Emission) 2060 dari pemerintah Indonesia. Proyek-proyek ini berkontribusi besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Nilai Ekonomi Karbon," tandas Raghunath.
(FAY)