ECONOMICS

5 Fakta BUMN Karya Keuangannya "Berdarah-darah"

Fariza Rizki 10/04/2021 08:10 WIB

Melihat hasil laporan keuangan tahun 2020 BUMN karya terlihat semuanya mengalami penurunan sangat tajam, bahkan ada yang rugi Rp7,3 triliun.

5 Fakta BUMN Karya Keuangannya "Berdarah-darah" (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Melihat hasil laporan keuangan tahun 2020 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor infrastruktur yang baru dirilis, terlihat semuanya mengalami penurunan sangat tajam, bahkan ada yang rugi hingga Rp7,3 triliun!

Setidaknya ada lima fakta terkait BUMN karya seperti Waskita Karya, Adhi Karya, sampai PT PP yang keuangan perusahaan dalam kondisi berdarah-darah, seperti dirangkum, Sabtu (10/4/2021).

1. Penyebab Kerugian

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mencatat, ada beberapa sebab meruginya BUMN. Salah satunya bunga bank yang tinggi. Menurut Dahlan, dalam pengerjaan proyek manajemen membutuhkan modal yang besar. Sumber pendanaan itu hanya bisa diperoleh melalui pihak ketiga, salah satunya melalui perbankan.

Dana bank menjadi nafas bisnis konstruksi. Namun, sekuat-kuatnya bank, dia tetap tunduk pada mekanisme perbankan. Artinya, ada batas dalam jumlah pemberian kredit pada satu group perusahaan.

"Ketika perusahaan sudah tidak bisa pinjam dana bank, karena sudah capai batas atas, maka bencana tahap satu pun datang. Ketika bencana tahap satu itu datang, harapan tinggal pada obligasi, medium term notes (MTM) dan sejenisnya. Tapi pemilik dana obligasi pun tahu, mana perusahaan yang masih bisa cari pinjaman bank dan mana yang sudah mentok," katanya.

2. Laporan Keuangan Anjlok

Adapun laporan keuangan tahunan yang dirilis perusahaan konstruksi pelat merah. PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami kerugian hingga Rp7,3 triliun. Padahal, pada 2019 Waskita Karya mampu mengantongi laba bersih Rp 938 miliar.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat kinerja keuangan yang lesu pada 2020. Perusahaan ini mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp23,98 miliar. Laba tersebut turun Rp639,83 miliar atau 96,39% dibandingkan tahun 2019.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, laba perseroan terkontraksi cukup drastis. Laba WIKA merosot 91,87% pada 2020. Di mana, WIKA hanya meraup laba Rp128,7 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp819,49 miliar.

Sementara itu, kinerja keuangan PT PP (Persero) juga mengalami penurunan. Pada laporan keuangan kuartal IV-2020 perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp128,75 miliar atau lebih rendah 84,28% dibanding 2019 sebesar Rp819,46 miliar.

3. Penugasan Penyebab BUMN Karya Merugi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, kerugian yang dialami badan usaha sektor konstruksi disebabkan karena penugasan pemerintah yang dibarengi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional yang tidak sesuai. Penugasan pembangunan proyek infrastruktur sebelum hingga saat terjadi pandemi Covid-19 sejak awal 2020 lalu.

"Salah satu faktor kerugian karena penugasan proyek pemerintah dan asumsi awal yang tidak sesuai. Penugasan itu sangat berat apalagi salah asumsi karena selalu pada saat uji kelayakan modelnya optimistis. Ekonomi tumbuh 7-8%, kemudian akan terjadi kenaikan permintaan industri dan daya beli masyarakat," ujar Bhima saat dimintai pendapatnya, Senin (5/4/2021).

4.Gunakan Alternatif Pendanaan Lain yang Lebih Murah

Karena adanya batasan jumlah pemberian kredit dan bunga yang tinggi, Dahlan Iskan menyatakan ada sumber pendanaan lain bagi BUMN yang tergolong lebih murah jika dibandingkan dengan pinjaman bank dan obligasi. Dana yang dimaksud Dahlan adalah sub kontraktor.

Karena itu, Indonesia Investment Authority (INA) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) diharapkan menjadi wadah alternatif bagi pendanaan BUMN. Anggaran yang nantinya dihimpun yang berasal dari Amerika Serikat (AS), Uni Emirat Arab, Kanada, dan Jepang, akan menjadi sumber pendanaan BUMN Karya dan sektor lainnya.

5. Solusi untuk Permasalahan Keuangan BUMN Karya

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai pemerintah harus segera membayar biaya investasi yang telah dikeluarkan BUMN Karya salam penugasan infrastruktur. Hal ini akan membantu cash flow perseroan untuk menjalankan bisnis di 2021 dan ke depannya.

"Solusi lain sebagian proyek investasi yang sudah selesai bisa di offer ke LPI atau SWF yang segera akan beroperasi. Ini akan membantu aspek pembiayaan BUMN Karya tersebut," ujar Toto. 

(RAMA)

SHARE