ECONOMICS

Banyak Tantangan, RI Masih Punya Potensi Tumbuh di Atas 5 Persen 

Nia Deviyana 04/11/2022 11:53 WIB

Pada paruh kedua 2022 muncul berbagai tantangan perekonomian yang belum terlihat selama Semester-I 2022.

Banyak Tantangan, RI Masih Punya Potensi Tumbuh di Atas 5 Persen. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Lembaga riset LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) menilai ekonomi Indonesia masih punya potensi tumbuh di atas 5% di sisa tahun 2022. Hal tersebut ditopang permintaan domestik yang solid dan performa ekspor yang baik meski ada banyak tantangan perekonomian.

"Kami memprediksi PDB Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,77% hingga 5,85% year on year (yoy) di Triwulan-III 2022 dan tumbuh 5,35% untuk keseluruhan tahun 2022," tulis LPEM UI dalam 'Seri Analisis Makroekonomi: Indonesia Economic Outlook 2023', dikutip Jumat (4/11/2022).

LPEM UI menjabarkan pada paruh kedua 2022 muncul berbagai tantangan perekonomian yang belum terlihat selama Semester-I 2022. Dilanjutkannya pengetatan suku bunga moneter oleh berbagai bank sentral dunia telah memicu arus modal keluar secara masif dari negara berkembang, termasuk Indonesia, menyebabkan depresiasi dari berbagai mata uang. 

Ditambah dengan naiknya harga komoditas global dan kebijakan harga BBM oleh pemerintah, depresiasi rupiah mendorong laju inflasi mencapai titik tertingginya dalam tujuh tahun terakhir. 

Namun, perekonomian Indonesia terus tumbuh di atas ekspektasi. Diumumkannya data PDB Indonesia di Juli lalu menandai triwulan kedua secara beruntun menunjukkan angka PDB lebih tinggi dari konsensus analis. 

Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44% (yoy) di triwulan kedua 2022, tertinggi kedua sejak 2013 dan hanya lebih rendah dari angka pertumbuhan sebesar 7,07% (yoy) di Triwulan-II 2021. 

"Kondisi ini didorong oleh beberapa faktor yang berperan dalam tumbuh tingginya angka PDB Indonesia," lanjut riset tersebut.

Pertama, momentum pemulihan ekonomi domestik masih terus berlanjut. Saat berbagai negara telah mengalami normalisasi tingkat permuintaan domestik pasca kontraksi dalam selama pandemi Covid-19, Indonesia relatif terlambat dalam pemulihan aspek kesehatan. Situasi ini membuat Indonesia masih menikmati dampak low-base effect dan pent-up demand selama Triwulan-II 2022. 

Faktor kedua yang menunjang performa ekonomi yang solid adalah faktor musiman. Periode Ramadan dan Idulfitri yang jatuh di triwulan kedua tahun ini berkontribusi menopang pertumbuhan ekonomi dan bisnis. 

Tereskalasinya tensi geopolitik dan pulihnya perekonomian global juga mengerek harga komoditas yang menjadi faktor ketiga. 

Sebagai net eksportir komoditas energi utama, seperti batu bara dan CPO, Indonesia menikmati windfall dalam bentuk lonjakan nilai ekspor dan penerimaan perpajakan yang berkontribusi signifikan dalam pertumbuhan angka PDB triwulan lalu. 

Namun, naiknya harga komoditas energi menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat harga. Dampaknya, yaitu pada biaya produksi dan daya beli masyarakat. 

"Beruntungnya, potensi dampak negatif ini diantisipasi oleh faktor keempat. Keputusan pemerintah Indonesia untuk menambah subsidi dan menjaga tingkat harga BBM selama Triwulan-II 2022 di tengah lonjakan drastis harga minyak global membantu menahan tingkat inflasi relatif rendah selama periode tersebut," papar riset tersebut.

Namun, pemerintah memutuskan untuk menunda pengurangan subsidi dan menaikkan harga BBM di Triwulan-III 2022. Dengan demikian, konsumsi tetap meningkat secara stabil seiring momentum pemulihan permintaan di triwulan kedua 2022. 

Faktor-faktor itu kemudian juga didukung pertumbuhan sektoral, di mana sektor transportasi dan pergudangan, serta akomodasi dan makanan-minuman juga mencatatkan performa impresif selama triwulan kedua 2022. (NIA)

Penulis: Ahmad Dwiantoro

SHARE