Begini Kondisi Ekonomi Kota Bogor Saat Ganjil Genap Berlangsung
Pemerintah Kota Bogor tidak melakukan perpanjangan kebijakan ganjil genap untuk mengantisipasi penyebaran corona virus 2019 atau Covid-19 di kota itu.
IDXChannel - Pemerintah Kota Bogor tidak melakukan perpanjangan kebijakan ganjil genap untuk mengantisipasi penyebaran corona virus 2019 atau Covid-19 di kota itu. Langkah ini dipandang dapat menggairahkan kembali sektor ekonomi yang sempat meredup selama aturan tersebut berlangsung.
Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya, Muzakkir, menjelaskan kondisi pasar berdasarkan data yang lama saat ganjil genap kondisi pasar terbilang drop atau turun. Pasar kering menurun 40-50 persen dan pasar basah 20-30 persen. Sedangkan, saat mulai relaksasi atau ditiadakannya ganjil genap penurunan pada pasar kering hanya sekitar 20-30 persen dan pasar basah 10-15 persen.
"Tanpa ganjil genap, kondisi pasar normal kembali, antusias pedagang meminta tidak ada lagi ganjil genap untuk mendongkrak ekonomi mereka karena kondisi pasar, khususnya pasar kering masa panennya ada di akhir pekan. Berdasarkan data yang ada 40-50 persen atau mungkin lebih pembeli di pasar Kota Bogor berasal dari luar Kota Bogor," kata Muzakkir, dalam keterangannya, Rabu (10/3/2021).
Untuk sektor perdagangan, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Bogor, Ganjar Gunawan, menyatakan berdasarkan mapping saat tidak ganjil genap ada anomali atau fenomena menarik terkait traffic customer. Dari 26 titik, ada 6 titik yang mengalami kenaikan kunjungan ke ritel atau toko swalayan dan sisanya menurun.
Total pengunjung ke pusat perbelanjaan, pada 27-28 Februari 201 saat ganjil genap, berdasarkan sampling total pengunjung kurang lebih sebanyak 140.259 orang. Namun, ketika tidak ganjil genap jumlah pengunjung pada pekan pertama Maret 2021 justru hanya 129.384 orang atau turun sekitar 7-8 persen.
Kemudian terkait penjualan BBM di 10 SPBU berdasarkan koordinasi dengan Hiswana Migas rata-rata mengalami penurunan, mengingat mobilitas warga dan kendaraan menurun, rata-rata penurunan juga terjadi di beberapa restoran dan hotel.
"Kesimpulan kami, traffic customer tidak semata-mata akibat dampak ganjil genap tetapi juga dipengaruhi gajian karyawan. Untuk swasta rata-rata gajian di akhir bulan, sekitar 25-28 setiap bulan untuk memenuhi belanja bulanan. Dari ritel tidak terlalu mempermasalahkan ganjil genap karena yang pertama ritel memiliki semacam prime time pengunjung, kedua tergantung sistem gajian bulanan. Berbeda dengan rumah makan, cafe dan resto yang tidak ingin ganjil genap," beber Ganjar.
Di sektor wisata, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor, Atep Budiman, menerangkan okupansi hotel, objek wisata dan omzet. Berdasarkan perbandingan data, di awal ada penurunan seiring tren dari tahun ke tahun di awal tahun yang memang rendah.
"Tapi ada peningkatan di saat kebijakan ganjil genap di periode akhir bulan Februari 2021 sebesar 54,87 persen. Kemudian awal Maret 2021 sudah ada peningkatan kembali 57,08 persen," kata Atep.
Pada objek wisata, di awal penerapan ganjil genap penurunan wisatawan ada di kisaran 30-60 persen, di akhir Februari penurunannya meningkat 20 persen sampai ke maksimal angka kisaran 80 persen. Saat relaksasi, di pekan pertama angka menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14 persen.
"Belum signifikan karena ada pemberlakuan terkait persyaratan menerapkan rapid antigen di beberapa tempat wisata di Kota Bogor," tambah Atep.
Sedangkan, untuk omzet resto dan cafe, awal penerapan ganjil genap menurun kurang lebih 45 persen. Pada ganjil genap tahap berikutnya penurunannya meningkat menjadi 65 persen dan pada akhir pekan kemarin ketika relaksasi ada peningkatan kembali omzet sekitar 20 persen.
"Secara keseluruhan untuk pariwisata dengan adanya relaksasi, ada respon dengan adanya peningkatan yang cukup signifikan di hotel, tempat makan, resto dan tempat wisata," pungkasnya. (TYO)