China Puncaki Krisis Properti Paling Parah Sedunia, Ini Penyebabnya!
Para developer sudah tidak punya cukup uang untuk membayar pinjaman dan obligasi sehingga berimbas pada proyek-proyek infrastruktur.
IDXChannel - Pasar properti China masih menduduki krisis paling parah di dunia pada tahun ini. Pasalnya, para developer sudah tidak punya cukup uang untuk membayar pinjaman dan obligasi sehingga berimbas pada proyek-proyek infrastruktur.
Melalui perhitungan Reuters lewat data Biro Statistik Nasional (NBS) pada Senin (15/8/2022), investasi properti di bulan Juli mengalami penurunan 12,3% year on year.
Angka tersebut lebih besar dari penurunan 9,4% di bulan Juni sedangkan perhitungan dalam setengah tahun (Januari-Juli), investasi properti menurun 6,4% dari tahun sebelumnya.
Padahal, investasi properti China mampu menyumbang sekitar seperempat dari ekonomi. Namun kini berada dalam krisis yang berkepanjangan sejak musim panas di tahun 2020. Tren penurunan ini diikuti oleh hilangnya kepercayaan pembeli pada investasi properti baru yang dikerjakan para developer.
"Pemulihan mungkin terjadi secara bertahap dan bergelombang, peningkatan signifikan dalam kondisi pendanaan pengembang memerlukan pelonggaran yang lebih banyak, dan membutuhkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk memulihkan kepercayaan di sektor properti dan menahan potensi risiko," kata seorang analis di Goldman Sachs, dikutip dari Reuters, Senin (15/8/2022).
Sementara itu, konstruksi baru juga mulai mengalami laju penurunan yang sangat cepat pada bulan Juli. Sejak Januari-Februari 2013 telah turun sebanyak 45,4% setelah sebulan sebelumnya turun 45%. alam jangka setengah tahun yakni Januari-Juli, investasi properti mulai jatuh sekitar 36,1%, meningkat dari paruh pertama sebesar 34%.
Perusahaan real estate semakin terjerat dengan kondisi kredit yang mengetat sejak tahun 2020. Selain kekurangan dana dan hutang, para developer menerima pinjaman bank domestik yang turun 36,8% sementara modal dari luar negeri anjlok 200% pada bulan juli, menurut data yang dikutip dari Reuters.
Menurut bank sentral pada hari Jumat lalu, pinjaman rumah tangga dan hipotek turun menjadi 121,7 miliar yuan atau USD18 miliar di bulan Juli, sedangkan di bulan Juni masih di angka 848,2 miliar.
Reuters melalui data NBS, juga memperhitungkan imbas sentimen pembeli yang kian memburuk membuat harga rumah baru turun 0,9% di bulan Juli, melanjutkan penurunan 0,5% di bulan Juni. Ini merupakan laju tercepat sejak September tahun 2015. (DES)
Penulis: Ribka Christiana