Curhat Pelaku Usaha Kuliner Jalankan Bisnis Agar 'Tetap Ngebul' Selama Pandemi
Para pelaku usaha restoran terus memutar otak untuk tetap mempertahankan bisnisnya selama pandemi Covid-19.
IDXChannel - Para pelaku usaha restoran terus memutar otak untuk tetap mempertahankan bisnisnya selama pandemi Covid-19. Pembatasan demi pembatasan dilalui dengan strategi untuk membuat bisnisnya terus berjalan.
Agar 'dapur tetap ngebul', pemilik resto melakukan segala cara mulai dari mengurangi jumlah karyawan, memangkas pilihan menu, hingga mengubah model bisnis menjadi seutuhnya daring guna menghemat biaya operasional.
Tak semuanya melakukan langkah-langkah ini. Alhasil tak sedikit yang terpaksa gulung tikar akibat pandemi ini.
Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, tercatat lebih dari 1.000 restoran tutup permanen sejak pandemi melanda Tanah Air pada Maret 2020 hingga Juli 2021.
Founder Kebab Baba Rafi Indonesia, Nilam Sari, bercerita tantangan yang signifikan selama pandemi adalah sulitnya menjaga bisnis lebih efisien di masa pandemi. Nilan menceritakan dalam talkshow Food Market Hub ‘Bedah Dapur” bertema 'Restoran Tetap Ngebul di Masa Pandemi Lewat Efisiensi Biaya Operasional’ secara daring, Rabu, (2/3/2022).
Nilam menjelaskan, selama pandemi banyak aktivitas yang terhenti dan berdampak pada terganggunya rantai pasokan bahan baku makanan, apalagi saat banyak bisnis kesulitan cashflow.
“Ketika supplier utama darurat cashflow maka proses jual beli bahan baku tidak bisa berjalan seperti biasa, dan ini menjadi tantangan bagi pebisnis F&B untuk mencari alternatif pemasok bahan baku yang efisien bagi perusahaan dan tentu sesuai kualitas,” ujar Nilam.
Senada, Owner Roti Ropi, Ahmad Reza, menceritakan kendala yang berbeda, terutama masalah sistem orderan bahan baku yang acap kali tak terpantau. Reza, sapaan akrabnya menyebut bahwa Roti Ropi sebelumnya mengandalkan aplikasi pesan singkat dalam mengkomunikasi orderan bahan baku ke pabrik.
Tumpukan pesan yang masuk membuat orderan bahan baku tak terbaca. Reza menceritakan pada suatu momen hal itu membuat outlet terpaksa tutup karena tak bisa membuat roti, meski saat ini telah bernafas lega setelah menggunakan layanan Food Market Hub.
“Karena sistem orderan (food market hub) jadi lebih rapi, Saya pun dapat rekapan secara detail di email. Pada akhirnya membuat biaya operasional kami menjadi jauh lebih hemat hingga 20 persen,” pungkas Reza.
Rona Hartriant selaku Acquisition Lead Food Market Hub, mengatakan bahwa manajemen sistem pengadaan bahan baku bisa membantu para pemilik restoran menekan biaya operasional. Rona menuturkan dalam sejumlah kasus dari pengguna Food Market Hub, efisiensi bisa mencapai 80 persen.
"Teknologi Food Market Hub mampu menganalisa harga pokok penjualan makanan secara terperinci dengan menghubungkan sebuah restoran kepada banyak supplier yang sudah menjadi rekan. Hal ini nantinya akan menciptakan ekosistem yang mampu membuat bisnis para pemilik restoran jauh lebih efisien,” tukas Rona. (TYO)