ECONOMICS

Dalam Dua Tahun, 89 Persen Perusahaan Asing di Asia Tenggara Siap Ekspansi Bisnis

Anggie Ariesta 27/05/2022 15:08 WIB

9 dari 10 atau 89% dari perusahaan asing yang berpijak di Asia Tenggara berencana untuk mengembangkan usaha mereka di kawasan ini pada dua tahun ke depan.

Dalam Dua Tahun, 89 Persen Perusahaan Asing di Asia Tenggara Siap Ekspansi Bisnis (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Perusahaan asing di Asia Tenggara menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi untuk memperluas usaha mereka yang berpenduduk lebih dari 600 juta orang.

Kepala Perbankan Komersial untuk Asia Selatan dan Tenggara di HSBC, Amanda Murphy mengatakan, dari demografi saja yang berisi digitalisasi hingga dinamisme murni, begitu banyak yang menjadi faktor pendukung ekonomi bakal tumbuh di Asia Tenggara.

"Kawasan ini adalah rumah bagi banyak populasi muda yang besar secara digital, semakin makmur dan berpendidikan, dengan daya beli yang meningkat. Sifat kewirausahaan mereka telah menciptakan dan meramaikan panggung startup yang dapat bersaing di tingkat di dunia," ujar Amanda dalam keterangan resminya, Jumat (27/5/2022).

Menurut survei bisnis terbaru HSBC “HSBC Navigator: SEA in Focus”, 9 dari 10 atau 89% dari perusahaan asing yang berpijak di Asia Tenggara berencana untuk mengembangkan usaha mereka di kawasan ini pada dua tahun ke depan. 

Sekitar 3 dari 5 atau 61% mengharapkan pertumbuhan organik setidaknya 20% selama 12 bulan ke depan.

Sekarang di tahun ketiga pandemi global, ekonomi Asia Tenggara siap untuk tumbuh. Bahkan dengan latar belakang ketidakpastian pasar, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,8 - 6,2% tahun ini.

Lebih dari 1.500 perusahaan dari enam ekonomi terbesar dunia – China, Prancis, Jerman, India, Inggris, dan AS – ikut serta dalam survei, dengan semuanya beroperasi di Asia Tenggara.

Digitalisasi menjadi agenda utama perusahaan-perusahaan ini. 1 dari 4 atau 26% berencana untuk menginvestasikan lebih dari 10% dari laba operasional mereka untuk meningkatkan digitalisasi, dengan keamanan siber menjadi area yang paling mereka inginkan untuk didukung oleh mitra perbankan mereka – diidentifikasi oleh 1 dari 3 atau 34%.

Keberlanjutan juga menjadi prioritas, dengan 1 dari 5 setara 21% berencana untuk menginvestasikan lebih dari 10% dari laba operasi mereka untuk meningkatkan keberlanjutan mereka. 

Meskipun demikian, menemukan bakat yang tepat berpotensi menjadi rintangan : 1 dari 3 atau 32% menyebutkan kemampuan untuk mempekerjakan karyawan dengan keahlian dalam bidang keberlanjutan sebagai penghalang utama untuk menjadi lebih berkelanjutan.

"Pandemi telah menciptakan jeda sejenak dari business-as-usual, dan perusahaan di Asia Tenggara didesak untuk menggunakannya guna mengkalibrasi ulang strategi mereka, menjadi lebih berkelanjutan dan memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan potensi mereka," ujar Murphy.

(SAN)

SHARE