Dokter Paru Sebut PPKM Mikro Kurang Efektif, Lebih Baik Berlakukan PSBB
Ahli Kesehatan Paru menegaskan PPKM Mikro yang dilakukan pemerintah kurang efektif tekan penyebaran Covid-19 di masyarakat.
IDXChannel - Ahli Kesehatan Paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, menegaskan PPKM Mikro yang dilakukan pemerintah kurang efektif tekan penyebaran Covid-19 di masyarakat.
"Kami menilai, upaya PSBB atau PPKM Total yang ketat seperti yang Indonesia lakukan di awal pandemi lebih kuat dampaknya dalam mengurangi transmisi Covid-19 dibandingkan PPKM Mikro," tegas dr Agus, dalam konferensi pers virtual, belum lama ini.
Hal itu terlihat dari naiknya angka kejadian Covid-19 hingga 500 persen dalam kurang lebih hanya 1 bulan. Ya, pada 15 Mei, kasus Covid-19 per harinya bertambah 2.385 kasus, tetapi di 17 Juni, kasus konfirmasi positif dalam sehari bertambah 12.624. Ini harus disikapi serius oleh banyak pihak, termasuk penentu keputusan.
"Kita pernah mengalami lonjakan kasus yang sangat besar dan harus belajar dari penerapan yang diberlakukan saat itu dan kami nilai cukup berhasil menekan transmisi Covid-19 di masyarakat. Jadi, PSBB Ketat lebih efektif dibandingkan PPKM Mikro," tambah dr Agus.
Lalu, Dokter Spesialis Paru, dr Erlina Burhan, SpP, juga menilai bahwa PPKM Mikro yang berjalan hingga saat ini dinilainya belum menyeluruh. "Masih sporadis, ada yang ketat banget, ada juga wilayah yang kendor bahkan enggak PPKM Mikro sama sekali," katanya.
Karena itu, sambung dr Erlina, 5 profesi dokter mengimbau kepada pemerintah agar menerapkan PPKM menyeluruh atau PSBB super ketat seperti yang pernah dilakukan di awal pandemi Covid-19.
Nada serupa juga disuarakan Ketua Satgas PB IDI Prof Zubairi Djoerban, bahwa PPKM Mikro yang sudah berlangsung lama ini dinilai kurang efektif. Dia bahkan menyarankan pemerintah melakukan lockdown.
"PPKM Mikro belum cukup? Ya, lihat saja kondisinya sekarang bagaimana. Kebijakan lockdown akan mengesankan bahwa situasi saat ini benar-benar darurat sehingga masyarakat juga sadar akan hal itu. Tidak usah lama-lama dan memang butuh kesabaran serta kesadaran dari semua pihak," tambah Prof Beri. (TYO)