Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik, BRIN Kembangkan Baterai Li-Ion
BRIN mengembangkan riset dan inovasi baterai Li-Ion guna mendukung ketersediaan baterai kendaraan listrik yang lebih terjangkau.
IDXChannel - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan riset dan inovasi baterai Li-Ion guna mendukung ketersediaan baterai kendaraan listrik yang lebih banyak dan terjangkau.
“Baterai ini di masa depan menjadi tantangan yang besar bagi kita, karena pada tahun 2040 diharapkan kendaraan berbasis listrik juga digunakan bagi masyarakat luas, jadi ini merupakan peluang kita bersama,” kata Kepala Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) Ratno Nuryad, Senin (26/9/2022).
Pada FGD ini diperoleh dua poin rekomendasi sinergi dan peta jalan riset, yakni material untuk baterai serta manufaktur dan aplikasi baterai.
Riset baterai merupakan peran penting dalam perkembangan riset dan inovasi kendaraan listrik. Pada 2022, ini merupakan tahun kebangkitan kendaraan listrik. Terbukti dengan semakin maraknya pameran kendaraan listrik dalam kurun waktu belakangan ini.
“Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki industri manufaktur baterai, terutama untuk komponen utama kendaraan listrik. Untuk materai baterai, mungkin sudah ada permulaan, meski baru dalam tahap ground-breaking,” ungkap Ratno.
Dalam riset material untuk baterai, pengembangan mineral penting, material aktif dan sel baterai telah dilakukan cukup lama dan memiliki rekam jejak yang sudah terbentuk di berbagai organisasi riset dan pusat riset di BRIN.
Bahan baku baterai dari sumber daya lokal berbasis sumber daya primer dan sekunder, seperti ekstraksi sumber litium dari pengolahan bijih emas atau besi. Begitu juga ekstraksi dari baterai bekas (recycling) atau urban mining.
Oleh karena itu, Ratno menegaskan perlu adanya desain ulang klister dan peta jalan riset material hulu dan hilir berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada gar lebih terintegrasi dan terfokus.
Ini juga agar semua pihak lebih bersinergi dan hilirisasi dengan pihak industri, khususnya dalam penyediaan material prekursor baterai. Hal ini diharapkan akan disepakati jenis material alternatif jenis material baterai.
“Riset dan Inovasi baterai Li-ion harus dilakukan dari hulu hingga hilir. Ini akan membuat Indonesia mampu mendukung rantai pasok baterai mulai dari bahan baku, manufaktur dan perakitan sel baterai, pengujian hingga daur ulang. Termasuk perangkat elektronika pendukung aplikasinya,” ujar Ratno.
(DES)