ECONOMICS

Eropa hingga Singapura, Ini Daftar Negara yang Alami Krisis Energi

Ni Ketut Candra Puspita 25/10/2021 16:40 WIB

Nyatanya beberapa negara mulai mengalami krisis energi yang membuat beberapa produksi mengalami penghentian. Berikut ini adalah daftar negara-negara tersebut.

Eropa hingga Singapura, Ini Daftar Negara yang Alami Krisis Energi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pandemi tidak hanya berpengaruh terhadap bidang kesehatan, pendidikan, sosial, pemerintahan, dan lain sebagainya. Namun, wabah virus juga berpengaruh terhadap munculnya krisis energi. Persediaan pasokan energi yang dimiliki dunia tidak sebanding dengan kebutuhan energi akibat naiknya aktivitas perekonomian pasca pandemi.

Nyatanya beberapa negara mulai mengalami krisis energi yang membuat beberapa produksi mengalami penghentian. Berikut ini adalah daftar negara-negara yang mengalami krisis energi baik pasokan maupun kebutuhannya.

  1. Singapura

Singapura mengalami lonjakan harga listrik yang tinggi yang menyebabkan negara ini mengalami krisis energi global. Krisis ini berdampak pada biaya produksi yang lebih tinggi, biaya hidup, dan perekonomian negara secara keseluruhan. Penyebab krisis energi ini adalah harga gas alam yang telah melonjak akibat meningkatnya permintaan.

Sementara di sisi lain, produksi gas mengalami penurunan sebesar 27,5 persen. Gas alam dipilih oleh Singapura untuk menghasilkan listrik karena stabilitasnya dinilai baik. Dampak dari krisis ini menyebabkan dua pengecer listrik iSwitch dan Ohm Energy menghentikan operasi mereka di Singapura.

  1. Inggris

Inggris merupakan salah satu negara yang dilanda krisis energi. Hal ini dipicu oleh London yang ingin fokus dengan bahan bakar rendah emisi yang menyebabkan pembangkit batu bara mulai dinonaktifkan dan gas alam menjadi primadona energi.

Permintaan gas mengalami kenaikan yang signifikan yang ditambah dengan perbaikan ekonomi pasca pandemic dan musim dingin. Namun, permintaan yang tinggi tidak sesuai dengan persediaan yang terbatas yang disebabkan oleh penghentian fasilitas produksi di AS, manipulasi perusahaan gas Rusia Gazprom, dan lain sebagainya. Faktor tersebut menyebabkan harga gas alam melonjak 250% sejak Januari 2021.

  1. China

China mengalami defisit energi yang membuat pemadaman sering terjadi di negara ini. Dalam setiap harinya, pemadaman terjadi beberapa kali di 20 provinsi dalam beberapa bulan terakhir. Sebanyak 15 perusahaan mengalami gangguan produksi karena pembatasan listrik.

Sebagai negara yang dilanda krisis energi, China memiliki target untuk mengurangi emisi karbon di tahun 2030 dengan mulai menghentikan operasional pembangkit batu bara dengan energi terbarukan. Dalam realisasinya, China membutuhkan 100 giga watt pembangkit tenaga surya, dan 50 giga watt tenaga angin untuk setiap 5% kenaikan konsumsi.

  1. India

Sebagai negara dengan penduduk terbanyak kedua di dunia, India dihantam krisis energi. India merupakan negara yang bergantung pada bahan bakar untuk dapat menghasilkan sekitar 70% listrik negara. Sebanyak 63 dari 135 PLTU di India menyatakan persediaan batubara hanya cukup untuk beberapa hari kedepan.

Selain itu, 17 PLTU bahkan tidak memiliki stok batu bara. Level ini telah masuk kedalam level terendah dalam beberapa tahun. Krisis ini juga disebabkan oleh permintaan dan penawaran yang tidak sesuai. Ini terjadi terutama ketika memasuki bulan Oktober dimana India memasuki musim festival yang meningkatkan jumlah konsumsi energi.

Keadaan ini diperparah oleh kelangkaan batu bara yang salah satunya diakibatkan bencana banjir parah yang terjadi beberapa waktu lalu. Mengatasi keadaan ini, perusahaan di India berusaha mencari tambahan suplai batu bara.

  1. Jerman

Jerman mengalami krisis energi yang diakibatkan oleh kemacetan rantai pasokan suplai gas. Sementara di sisi lain terjadi kenaikan permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi dan juga relaksasi mobilitas setelah Covid-19. Krisis inipun sudah mulai menyebar ke daratan Eropa lainnya.

Hal ini menyebabkan tertundanya produksi di sejumlah industri seperti industri berat dan otomotif di beberapa lokasi. Harga bahan bakar juga mengalami peningkatan sebesar tiga kali lipat yang menyebabkan Jerman mengalami inflasi tertinggi. Mengatasi hal ini, Pemerintah Jerman berencana menurunkan retribusi listrik secara drastis mulai tahun depan. (FHM)

SHARE