ECONOMICS

Gubernur BI Siap Merespon Kenaikan Suku Bunga The Fed

Michelle Natalia 27/01/2022 11:17 WIB

BI terus memantau berbagai perkembangan terkini terkait arah kebijakan dari bank sentral The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan.

Gubernur BI Siap Merespon Kenaikan Suku Bunga The Fed

IDXChannel - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan bahwa pihaknya akan terus memantau berbagai perkembangan terkini terkait arah kebijakan dari bank sentral The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan. Ini  diperkirakan akan dilakukan pada bulan Maret mendatang.

"Kami memproyeksikan The Fed akan mulai menaikkan suku bunga acuan mulai bulan Maret, dengan baseline skenario akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali," ujar Perry dalam Annual Investment Forum 2022 secara virtual pada Kamis (27/1/2022).

Dia mengatakan, setiap minggu, dan juga setiap bulannya, BI akan memantau bagaimana The Fed akan menormalkan kebijakan moneternya. 

"Walaupun begitu, normalisasi kebijakan moneter The Fed akan memberikan dampak bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkapnya.

Demi memitigasi hal tersebut, BI meyakini telah membuat beragam strategi untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dengan memperkuat sisi stabilitas eksternal.

"Dampak kenaikan suku bunga the Fed, apabila selisih yield obligasi AS dengan yield surat utang pemerintah semakin menipis, maka arus modal akan bergerak ke luar atau (capital outflow), sehingga berpotensi memberikan tekanan pada sisi nilai tukar rupiah," lanjutnya.

Perry menilai proses pemulihan ekonomi nasional di Indonesia akan terus berlangsung kuat. Kendati demikian, dia memastikan bahwa BI tidak akan abai untuk mencermati berbagai perkembangan global dan tantangan ke depan.

"Kita harus tetap optimistis, selalu ada peluang, dan peluang terbaik sedang kita cari untuk menumbuhkan ekonomi, dan pastinya untuk manajemen risiko suku bunga dan valuta asing, baik secara global maupun domestik," ungkapnya.

Terlebih lagi, Perry optimis bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan lebih seimbang. Bukan hanya dikuasai oleh sejumlah negara besar saja, tapi diikuti oleh pemulihan ekonomi di beberapa negara kawasan.

"Bukan hanya didorong oleh Amerika dan Tiongkok, tapi juga dengan adanya pemulihan ekonomi di Eropa, Jepang dan India. Itu jelas akan meningkatkan volume perdagangan global dan harga komoditas," pungkasnya.

(NDA)

SHARE