ECONOMICS

Harga Kedelai Tembus Rp1 Juta, Perajin: Tertinggi dalam Sejarah!

Didin Jalaludin/Kontri 31/05/2021 06:57 WIB

Para perajin tahu dan tempe menjerit harga kedelai tembus Rp1 juta per kwintal. Harga kedelai saat ini diakui tertinggi dalam sejarah.

Harga Kedelai Tembus Rp1 Juta, Perajin: Tertinggi dalam Sejarah! (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Para perajin tahu dan tempe menjerit harga kedelai tembus Rp1 juta per kwintal. Harga kedelai saat ini diakui tertinggi dalam sejarah.

"Harga yang saat ini tembus Rp1,1 juta perkuwintal ini bisa dibalang harga tertinggi dalam sejarah loh,” kata Adis, Perajin Tahu dan Tempe di Jalan Purnawarman, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (31/5/2021).

Menurut Adis, kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir dan semakin membebani perajin di tengah pandemi covid-19.

"Kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Harganya terus naik dari sebelumnya Rp.700 ribu perkuwintal," ungkap H Adis (40) salah seorang perajin tahu di Jalan Purnawarman, Kabupaten Purwakarta, Minggu (30/5/2021).

Tingginya harga kedelai membuat perajin tahu dan tempe menjerit. Mereka juga mengaku bingung untuk mengsiasati kenaikan harga bahan dasar pembuatan tahu dan tempe tersebut. Bahkan, sejak beberpa hari para perajin sempat mogok produksi sebagai aksi protes atas kenaikan kedelai. 

"Mogok produksi yang dilakukan berdasarkan hasil rapat bersama para perajin tahu dan tempe se-Jawa Barat di Bandung pada hari Sabtu lalu," ungkap Adis. 

Sebagai perajin tempe dan tahu, Adis berharap pemerintah segera turun tangan menengahi kenaikan harga kedelai. Dirinya khawatir harganya semakin tidak terkendali dan menyebabkan perajin memilih gulung tikar. 

Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta, Karliati Djuanda mengatakan, persoalan kenaikan harga kedelai ini tengah dibahas dan sudah dirapatkan di tingkat Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 

Pihaknya tengah menunggu arahan dari pemerintah provinsi terkait persoalan tersebut. Karena diakui atau tidak UMKM kerajinan tahu dan tempe menjadi salah satu bagian penunjang ekonomi masyarakat. 

"Kalau soal pengendalian harga kedelai ini sebetulnya ranah Dinas Pertanian, karena ada bidang ketahanan pangan dan kerawanan pangan di sana. Kita lebih pada UMKM-nya, ya. Kami harap persoalan ini segera ditemukan solusi sehingga tidak berdapak negatif pada keberadaan UMKM tempe dan tahu di Purwakarta,"ujar dia. 

Saat ini diakuinya, perajin tempe dan tahu memang mengandalkan kedelai impor, lantaran stok kedelai lokal masih terbatas. Bahkan harga kedelai impor juga dianggap lebih stabil. 

"Saat ini saja di Purwakarta luas tanam kedelai masih minim yakni di bawah 500 hektare. Itu pun mereka lebih memilih memanen kedelai muda sebagai kacang rebus, dibanding dijual untuk bahan baku tempe atau tahu," tutupnya. (RAMA)

SHARE