ECONOMICS

Kebal Resesi, Millenial dan Gen Z Korea Selatan Doyan Belanja Barang Mewah

Maulina Ulfa - Riset 30/01/2023 16:33 WIB

Meski gemar barang mewah, utang rumah tangga Korea Selatan lebih tinggi daripada Jepang, Inggris, dan AS.

Kebal Resesi, Millenial dan Gen Z Korea Selatan Doyan Belanja Barang Mewah. (Foto: Louis Vuitton)

IDXChannel - Kecintaan warga Korea Selatan terhadap barang-barang mewah terlihat meningkat dalam setahun terakhir. Menurut laporan McKinsey, orang Korea relatif menyukai produk-produk mewah sebanyak 88%.

Tak tanggung-tanggung, menurut studi Morgan Stanley, belanja mewah masyarakat Korea per kapita, melampaui pasar di China dan Amerika Serikat.

Total pengeluaran barang mewah pribadi oleh warga negara Korea meningkat 24% menjadi 21,8 triliun won atau setara USD16,8 miliar. Angka ini setara sekitar 400.000 won atau USD325 per orang pada tahun lalu.

Di tengah kabar resesi global yang tengah digaungkan banyak pemimpin dan negara-negara besar, tren ini menarik untuk ditelaah. Lantas apa yang membuat orang Korea gemar berbelanja barang mewah?

Luxury Brand Kebal Resesi di 2022

Tren tersebut mencerminkan peningkatan global dalam belanja barang mewah. Sebagian didorong oleh pertumbuhan kemakmuran di seluruh dunia. Kondisi ini juga telah membantu mendorong Bernard Arnault, taipan Prancis di balik LVMH, pemilik brand Fendi, Bulgari, hingga Tiffany & Co menjadi orang terkaya di dunia.

LVMH menghasilkan pendapatan 79,2 miliar euro ($85,9 miliar) selama tahun 2022 dan keuntungan dari operasi berulang mencapai 21,1 miliar euro ($22,9 miliar), keduanya naik 23 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara semua kelompok bisnis konglomerat barang mewah Prancis mencapai pertumbuhan pendapatan organik yang signifikan sepanjang tahun lalu terlepas dari situasi geopolitik dan ekonomi.

Segmen Fashion & Leather Goods, yang mencapai tingkat rekor dan diuntungkan oleh permintaan yang kuat. Pendapatan LVMH di segmen Fashion & Leather Goods meningkat 20% menjadi 38,6 miliar euro atau setara USD41,9 miliar dan keuntungan sebesar 15,7 miliar euro atau naik 22% persen dari sebelumnya 12,8 miliar euro pada 2021.

Adapun sebesar 20 miliar euro dari total pendapatan segmen Fashion & Leather Goods berasal dari Louis Vuitton dan menjadi pertama kalinya bagi label marquee grup mencapai angka 20 miliar euro.

Analis Jefferies mengatakan dalam sebuah catatan Louis Vuitton dan Christian Dior menyumbang lebih dari 75% persen dari pendapatan segmen Fashion & Leather Goods. Sedangkan penjualan Celine kini di atas 2 miliar euro. (Lihat tabel di bawah ini.)

Waspada Peningkatan Utang Rumah Tangga

Faktor yang memicu lonjakan ini adalah ledakan perumahan di Korea Selatan, yang membuat harga properti di beberapa kota berlipat ganda selama pandemi. Kondisi ini membuat pemilik rumah memiliki kekayaan lebih.

Dr Lee Wonjae, profesor sosiologi di Kaist Graduate School of Culture Technology di Daejeon mengatakan kondisi ini didukung oleh meningkatnya kepercayaan konsumen karena harga saham, mata uang kripto, dan perumahan yang meningkat.

Tak hanya itu, bangkitnya budaya pop Korea Selatan, yang dipimpin oleh boy band BTS dan film pemenang Oscar Parasite, telah mendorong rumah mode papan atas dan merek mewah untuk mengontrak bintang Korea Selatan sebagai duta.

Selebriti seperti aktris Squid Game, Hoyeon Jung menjadi duta brand Louis Vuitton dan Bentley. Beberapa anggota girl band Blackpink juga menjadi duta merk terkemuka seperti Chanel, Bulgari, Cartier dan Tiffany & Co.

Teranyar, brand Dior mengumumkan salah satu member BTS, Jimin sebagai duta global.

Selain itu, menurut laporan Morgan Stanley, warga Korea Selatan mendewakan penampilan selain pengeluaran untuk barang-barang mewah juga untuk operasi plastik.

Bagi produsen barang mewah layaknya LVMH, dengan populasi hanya 51 juta jiwa, Korea Selatan kini sama pentingnya dengan Jepang yang berpenduduk 125 juta jiwa.

Warga negara Korea Selatan menyumbang lebih dari 10% dari total penjualan ritel merk mewah seperti Prada, Moncler, Bottega Veneta, dan Burberry Group.

“Mengenai status, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan finansial cenderung dihargai tinggi di Korea Selatan, jadi barang mewah pribadi bisa menjadi alat penting untuk menciptakan stratifikasi sosial,” kata Morgan Stanley.

Sebagai perbandingan, di China, pengeluaran barang mewah mencapai sekitar USD55 per orang, tambah laporan itu.

Namun, beberapa kondisi ekonomi perlu diwaspadai, termasuk ancaman hutang rumah tangga yang mengintai.

Utang rumah tangga Korea Selatan lebih tinggi daripada Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Sementara Bank Sentral Korea baru-baru ini telah meningkatkan suku bunga utamanya menjadi 3,5% dari level terendah 0,5% pada Juli 2021. Kondisi ini membawa era uang murah segera berakhir.

Sementara itu, harga real estat di Korea Selatan juga turun paling tinggi secara global pada kuartal ketiga tahun 2022.

“Ledakan seperti ini tidak akan berlangsung selamanya, dan kita mungkin melihat sesuatu yang mirip dengan apa yang terjadi pada tahun 1990-an di Jepang, yaitu apa yang disebut sebagai ledakan gelembung ekonomi,” kata Dr Lee. (ADF)

SHARE