ECONOMICS

Medsos Rangkap E-Commerce Tawarkan Harga Produk Murah, Nasib Ritel Konvensional Terancam

Iqbal Dwi Purnama 30/09/2023 19:00 WIB

Ramainya masyarakat menggunakan platform online untuk berbelanja didorong dari adanya pelemahan daya beli masyarakat.

Medsos Rangkap E-Commerce Tawarkan Harga Produk Murah, Nasib Ritel Konvensional Terancam. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Ramainya masyarakat menggunakan platform online untuk berbelanja didorong dari adanya pelemahan daya beli masyarakat. Sebab, saat ini perekonomian masyarakat bawah khususnya masih belum pulih optimal pasca pandemi Covid-19.

"Ada faktor pelemahan daya beli di kelompok menengah bawah terutama karena inflasi pangan yang naik konsisten," ujar Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (30/9/2023).

Alhasil, kata dia, masyarakat akhirnya menemukan barang yang dibutuhkan sesuai dengan kantongnya di platform online. Pada akhirnya, masyarakat melakukan transaksi di platform tersebut dan tidak perlu datang ke toko offline lagi.

"Beras misalnya jadi biang keladi yang buat masyarakat tahan belanja. Kondisi ini akan berlangsung lama karena masyarakat berhemat untuk tidak membeli kebutuhan non-pangan, misalnya mengurangi beli baju dan alas kaki," jelasnya.

Terkait masalah beras, jelasnya, Ombudsman menemukan bahwa harga beras naik untuk kelas medium atau premium terus naik setiap bulannya dan hampir tidak pernah menyentuh HPP yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan.

Sebagai gambaran, Ombudsman mencatat harga beras premium dalam kurun waktu satu tahun terhitung sejak September 2022 sebesar Rp12.480/kg, sedangkan pada September 2023 ini harganya sudah mencapai Rp14.270/kg.

"Kondisi lapangan kerja juga menunjukkan adanya tekanan pasca pandemi. Meski pengangguran terbuka turun namun makin banyak yang masuk ke sektor informal, dan itu pengaruh ke kualitas pendapatan masyarakat," kata Bhima.

Lantas kenapa platform penjualan online; sebut saja TikTok Shop bisa punya harga yang lebih murah? MNC Portal Indonesia sempat menemui salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang yang juga memasarkan produknya di TikTok Shop.

Penjual aksesoris wanita yang enggan disebutkan namanya itu menjelaskan, jika berjualan lewat platform TikTok Shop ibarat hampir setengah harga produk yang dijual itu sudah ditanggung oleh platform. Sehingga, pedagang bisa menjual produknya dengan harga yang dinginkan.

Namun, tetap terjangkau di kantong masyarakat karena platform memberikan diskon langsung.

"Jadi kalau TikTok Shop dihapus menyayangkan juga ya, baru mulai kita. Misalnya kita kasih harga di TikTok Rp15 ribu, tapi kalau akun baru dapat komisi atau subsidi dari TikTok jadi setengah harga, TikTok yang bayar, bukan seler yang nurunin harga," katanya.

Semacam insentif yang diberikan oleh paltform itu memiliki jangka waktu yang terbatas. Sekitar satu minggu untuk satu akun baru, tapi para pedagang pun juga bisa kembali mengklaim insentif tersebut jika menyelesaikan beberapa misi yang diinstruksikan oleh platform.

"Di TikTok itu ada semacam tantangan, atau ada semacam kuisnya. Nanti kalau kita selesaikan itu kita dapat subsidi-subsidi lain, itu bisa dapat subsidi ongkir, turunin harga, gitu," sambungnya.

Sehingga menurutnya, platform TikTok shop ini bisa menjadi solusi win-win bagi pedagang yang menggunakan, atau untuk masyarakat yang punya daya beli masih lemah. Sebab, para pedagang offline ini juga harus tetap membayar operasional seperti sewa toko, listrik, dan lainnya di tengah adanya pelemahan daya beli masyarakat tersebut.

"Yang diubah itu seharusnya peraturannya, kayak pajak-pajaknya gitu lah (dimurahkan)," kata pedagang aksesoris wanita tersebut.

Pada akhirnya kehadiran platform jualan online seperti TikTok Shop itu membuat turun jumlah kujungan masyarakat ke ritel offline dan berdampak pada penurunan pendapatan beberapa pedagang. Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang ada yang teriak, dan mendesak pemerintah untuk mengatur keberadaan platform jualan online. Bahkan, Mall Atrium Senen milik perusahaan terbuka PT Cowell Development Tbk (COWL) juga kalap dengan menurunnya tingkat kunjungan masyarakat ke pasar.

COWL resmi menjual asetnya yakni Plaza Atrium Segitiga Senen pada 16 Agustus 2023 lalu. Perusahaan tercatat itu dikabarkan berpotensi hengkang dari bursa efek Indonesia (BEI) lantaran perseroan dinilai mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau secara hukum. Status COWL sebagai perusahaan terbuka dan perusahaan tercatat yang tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengakui bahwa harga barang yang dijual di platform online itu harganya bisa 50% lebih murah jika dibandingkan dengan barang di toko konvensional. Zulhas menyebutnya praktik ersebut sebagai predatory pricing, yang dilarang dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

"Karena kalau predatory pricing itu dia bisa jual murah dulu, orang (pedagang) mati nanti dia naikin lagi harganya. Nah ini yg terjadi, barang punya harga Rp95 ribu yang dijual Rp50 ribu," kata Zulhas di Pasar Tanah Abang, beberapa hari lalu.

(YNA)

SHARE