ECONOMICS

Menakar Dampak Perpanjangan PPN DTP 100 Persen ke Sektor Properti

Dinar Fitra Maghiszha 26/09/2025 11:00 WIB

Langkah ini dinilai dapat memberikan dampak positif bagi sektor properti, sejalan dengan perbaikan likuiditas perbankan.

Menakar Dampak Perpanjangan PPN DTP 100 Persen ke Sektor Properti. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Pemerintah akan memperpanjang kebijakan insentif pembebasan pajak perumahan berupa Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen hingga akhir 2026.

Langkah ini dinilai dapat memberikan dampak positif bagi sektor properti, sejalan dengan perbaikan likuiditas perbankan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh memperkirakan marketing sales atau pre-sales properti pada 2026 dapat tumbuh sekitar 4 persen. Sebab, kebijakan ini akan menjadi katalis utama permintaan pasar.

"Kami percaya kebijakan ini akan terus mendukung pertumbuhan pre-sales tahun depan, dengan ekspektasi sekitar 4 persen,” ujarnya dalam Equity Research Property: Sector Update, dikutip pada Jumat (26/9/2025).

Dia menjelaskan, program insentif tersebut sebelumnya berhasil mendorong kontribusi signifikan terhadap penjualan.

Tercatat, diskon PPN menyumbang 5 persen terhadap pre-sales pada 2023, meningkat menjadi 28 persen di 2024, dan mencapai 31 persen pada paruh pertama 2025.

“Insentif ini membantu meredakan isu keterjangkauan, sehingga permintaan tetap terjaga di tengah normalisasi pertumbuhan,” katanya.

Selain faktor insentif pajak, sektor properti juga diperkirakan terbantu oleh kondisi likuiditas yang lebih longgar.

Diketahui, pemerintah telah menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara guna mendorong pertumbuhan kredit, termasuk KPR.

“Tren historis menunjukkan adanya hubungan linear antara likuiditas dan marketing sales. Dengan likuiditas yang membaik, kami melihat potensi peningkatan penyaluran KPR, terutama dari profil pembeli end-user,” kata Ismail.

Dari sisi risiko, dia menilai eksposur pengembang terhadap kenaikan kredit bermasalah (NPL) masih minim. NPL mayoritas disebut berlangsung pada segmen rumah berukuran di bawah 21 meter persegi, sementara pemain besar di bursa tidak banyak bergantung pada segmen tersebut.

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight (OW) untuk sektor properti, meski mengingatkan adanya potensi tekanan jual jangka pendek.

“Kami mempertahankan rating overweight pada sektor ini karena valuasi seluruh pengembang masih diperdagangkan dengan diskon besar terhadap rata-rata lima tahun, meski kinerja ROE, pre-sales, dan kualitas neraca menunjukkan perbaikan bertahap,” ujar Ismail.

Beberapa saham pilihan menurut BRI Danareksa, berturut-turut adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

Menurut Ismail, pertimbangan utama emiten ini adalah eksposur pada segmen harga Rp1 miliar hingga Rp5 miliar, dominasi produk landed residential, diversifikasi lokasi, dan kekuatan aset ritel sebagai penopang.

Sementara risiko utamanya berasal dari potensi tekanan jual investor dalam jangka pendek akibat posisi dana lokal yang sudah mendekati puncak, didukung berkurangnya sentimen penurunan suku bunga hingga akhir tahun ini.

(Dhera Arizona)

SHARE