PDB Terkontraksi, Ekonomi Inggris Terancam Resesi
Inggris telah berhasil menuntaskan era pandemi Covid-19. Namun demikian, perekonomian Inggris justru tengah berkontraksi karena penurunan PDB.
IDXChannel - Inggris telah berhasil menuntaskan era pandemi Covid-19. Namun demikian, perekonomian Inggris justru tengah berkontraksi karena penurunan output produk domestik bruto (PDB).
Data yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) menunjukkan penurunan 0,1 persen pada kuartal kedua (April-Juni) tahun 2022 ini. Padahal tiga bulan pertama di tahun 2022 kemarin, produk domestik bruto (PDB) Inggris nampak bertumbuh.
ONS mengatakan kontributor terbesar bagi PDB Inggris adalah sektor kesehatan dan sosial, yakni melalui program tes dan vaksinasi Covid-19, namun aktivitas tersebut kini telah berhenti.
"Kesehatan adalah alasan terbesar ekonomi berkontraksi karena program uji dan penelusuran serta vaksin dihentikan, sementara banyak pengecer juga mengalami kuartal yang sulit," kata direktur statistik ekonomi di ONS, Darren Morgan, seperti yang dikutip dari bbc.com pada Jumat (12/8/2022).
Meski begitu, sektor lainnya yang nampak tumbuh sumbur ialah sektor pariwisata, bar, dan hiburan. Sebagian karena orang-orang melakukan perayaan Platinum Jubilee, seperti yang diungkap oleh Darren Morgan.
ONS juga mengumumkan bahwa perekonomian telah menyusut 0,6% pada bulan Juni, dikarenakan libur bank ekstra untuk merayakan Queen’s Platinum Jubilee. Angka tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan prediksi penurunan 1,3% oleh para ekonom. ONS menilai hari libur bank tersebut tidak berdampak pada PDB bulanan, melainkan berdampak pada angka kuartalan.
Dengan adanya perayaan Platinum Jubilee, berarti terdapat dua hari kerja yang meproduksi lebih sedikit barang dan jasa. Berbeda dengan bulan Mei, yang memiliki satu hari kerja tambahan.
Bank of England sendiri memperkirakan bahwa Inggris akan jatuh dalam resesi pada akhir tahun 2022 ini dan akan berlangsung sampai satu tahun ke depan.
Rektor Nadhim Zahawi menyatakan bahwa ini adalah momen yang menantang bagi perekonomian Inggris.
"Angka-angka yang ditunjukkan hari ini menyatakan bahwa kontraksi itu sebagian karena beberapa aktivitas Covid berkurang. Tetapi ketahanan nyata di sektor swasta yang sebenarnya menjadi pertanda baik dalam banyak hal. Namun demikian, ini adalah masa-masa yang menantang," katanya dilansir dari bbc.com Jumat (12/8/2022).
Karena hal ini, golongan Partai Buruh menunduh golongan Konservatif yang dianggap kehilangan kendali ekonomi.
“Dengan Bank of England memperkirakan resesi yang berlangsung sepanjang tahun depan, para pesaing kepemimpinan Konservatif harus berhenti bermain-main dan mulai membuat rencana serius untuk mengembalikan ekonomi Inggris ke jalurnya” Shadow Chancellor, Rachel Reeves menegaskan seperti yang dikutip dari bbc.com.
Yael Selfin selaku kepala ekonom di KPMG UK justru mengatakan bahwa meskipun ekonomi menyusut pada kuartal kedua, masih terlalu dini untuk menyebutnya resesi.
Resesi terjadi apabila perekonomian semakin menurun dalam dua periode tiga bulan berturut-turut. Pada tiga bulan pertama di tahun ini, ekonomi Inggris tumbuh sebesar 0,8% sebelum akhirnya menyusuk di bulan April-Juni.
"Faktor sementara seperti libur bank ekstra dan penghapusan skema uji dan penelusuran secara bertahap berada di balik penurunan PDB pada kuartal kedua," kata Selfin melalui bbc.com.
Selfin menyadari adanya tanda-tanda kelemahan mendasar pada ekonomi, dan memperkirakan penurunan yang lebih parah akan terjadi hanya menjelang akhir tahun ini. (TYO/RIBKA)