ECONOMICS

Pegawai Kemenkeu Jadi Sorotan, Ketua Banggar Sarankan Ini ke Sri Mulyani

Carlos Roy Fajarta Barus 02/03/2023 08:08 WIB

Ketua Banggar DPR RI MH Said Abdullah menyarankan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk memobilisasi para pejabat tinggi di Kemenkeu.

Pegawai Kemenkeu Jadi Sorotan, Ketua Banggar Sarankan Ini ke Sri Mulyani. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua Banggar DPR RI MH Said Abdullah menyarankan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk memobilisasi para pejabat tinggi di Kemenkeu untuk klarifikasi kekayaannya ke Aparat Penegak Hukum (APH).

Sebab, kata dia, kasus flexing oleh keluarga RAT telah merambah ke mana mana. Kini mata publik menyorot gaya hidup mewah ke sejumlah pejabat di Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai hingga para pegawainya.

"Publik memang berhak melakukan kontrol, dan berhak bertanya atas situasi yang mereka anggap ganjil. Untuk menjawab keraguan publik ini, ada baiknya Menkeu Sri Mulyani memobilisir para pejabat tinggi di Kemenkeu untuk klarifikasi kekayaannya ke Aparat Penegak Hukum (APH)," kata dia di Jakarta, Rabu (1/3/2023).

Said menuturkan, DPR terus berharap para pegawai di bawah Kemenkeu, khususnya Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai terus bekerja keras, walau tengah jadi sorotan publik. 

"Yakinlah bahwa sorotan itu kita maknai sebagai niat baik agar kawan kawan mawas diri, dan tidak membuat kinerja kawan-kawan kendor. Tunjukkan bahwa penerimaan perpajakan kita di tahun ekonomi global yang sulit, kinerja penerimaan perpajakan tetap cemerlang, tidak mengalami shortfall. Tingkatkan kemudahan layanan para tax payer. Kerja yang hebat ini akan meruntuhkan keraguan publik," ungkap Said.

Dia pun meyakini serangkaian langkah tersebut bisa membuat persepsi publik terhadap Kemenkeu akan kembali pulih. Sehingga, menjadikan seluruh jajaran Kemenkeu makin matang sebagai bagian dari abdi negara.

Namun demikian, kata dia, terkait kasus keluarga pegawai pajak yang memamerkan hartanya di media sosial, publik perlu diberikan dengan informasi yang berimbang.

"Publik perlu disuguhkan informasi yang berimbang, bukankah selama ini Menteri Keuangan telah menjatuhkan banyak sanksi terhadap para pegawai di Kemenkeu karena terbukti melakukan fraud," ucapnya.

Sebagaimana yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kemenkeu pada tahun lalu menerima 185 pengaduan fraud oleh pegawai Kemenkeu, dan 96 di antaranya telah dijatuhi hukuman.

Pada 2021, Menkeu telah menjatuhkan hukuman terhadap 114 pegawai di Kemenkeu atas pengaduan publik terhadap 174 pegawai yang dianggap fraud.

Menurut Said, tindakan seperti ini patut diapresiasi dan perlu disampaikan ke publik. Tujuannya, untuk menunjukkan bahwa Kemenkeu terus melakukan koreksi kedalam dalam rangka menjaga integritas pegawai.

"Dan menjadikan hal itu sebagai momentum untuk melakukan reformasi birokrasi, dan penataan sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)," kata Said Abdullah.

Meski demikian, ia juga meminta semua pihak tidak mencoreng nama baik Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai yang merupakan pilar penting penopang pendanaan penyelenggaraan negara dan pembangunan.

Ia memberikan contoh bahwa penerimaan pajak dan cukai pada tahun 2019 menyumbang 77% dari total pendapatan negara. Pada masa pandemi Covid-19, tahun 2020, pajak dan bea cukai menyumbang 78% pendapatan negara, dan tahun 2021 mencapai 77%. 

Tahun lalu penerimaan pajak tembus 115,6% dari target, sedangkan bea dan cukai mencapai 106,3%. Sehingga, pajak dan cukai menyumbang 10,3% dari total pendapatan negara.

"Saya harap kita tetap proporsional dan obyektif melihat keadaan, kinerja kawan-kawan Ditjen Pajak dan Bea Cukai kita apresiasi. Jangan sampai sorotan ini malah membuat kinerja perpajakan, bea dan cukai menurun karena terjadi demotivasi kerja di internal pegawai pajak, bea dan cukai," kata Said.

Sebagaimana diketahui, sejak mencuat kasus pamer harta (flexing) oleh mantan pegawai pajak Rafael Alun Trisambodo (RAT), dan kepemilikan moge Suryo Utomo selaku Dirjen Pajak, termasuk keberadaan klub moge di Ditjen Pajak, membuat Sri Mulyani berang dan meminta klub moge di Ditjen Pajak dibubarkan.

Kini sorotan kembali ditujukan ke Ditjen Bea Cukai. Muncul tagar bea cukai hedon di twitter, dengan menyoroti kepemilikan barang barang mewah ke sejumlah pegawai bea cukai. Sorotan tersebut kontraproduktif terhadap upaya membangun citra diri berintegritas dilingkungan Kemeterian Keuangan.

(YNA)

SHARE