Pelaku Usaha Beri Tiga Catatan Positif 10 Tahun Kepemimpinan Jokowi
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani memberikan catatan pada 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
IDXChannel - Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani memberikan catatan pada 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Berangkat dari catatan positif, Ajib mengapresiasi kinerja pembangunan infrastruktur selama 10 tahun Jokowi menjabat sebagai presiden. Hal ini menciptakan kelancaran konektivitas dan penurunan biaya logistik yang dirasakan para pelaku usaha.
"Memang betul dan kita bisa lihat secara fisik bagaimana komitmen pak Jokowi membangun infrastruktur, kalau semakin berkembang maka akan mendorong efisiensi berbisnis, menekan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan biaya logistik," ujar Ajib dalam Market Review IDXChannel, Jumat (16/8/2024).
Kedua, program hilirisasi. Hal tersebut disambut baik para pelaku usaha karena Indonesia telah berhasil untuk tidak menjadi pengekspor bahan mentah.
"Ini secara nyata memberikan nilai tambah terhadap komoditas unggulan Indonesia, sehingga nilai tambah bisa memberikan daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Ketiga, terkait kinerja investasi. Ajib menilai capaian investasi yang berhasil dikantongi pemerintah terus mengalami peningkatan.
Bahkan target mendatangkan investasi Rp1.300 triliun pada 2023 berhasil direalisasikan lebih dari 100 persen oleh Kementerian Investasi.
Meski demikian, Ajib juga memberikan tiga catatan negatif yang masih menjadi PR bagi pemerintahan selanjutnya untuk dibenahi. Seperti tingginya tingkat kemiskinan, pengangguran, dan gini ratio.
Menurutnya, tingkat kemiskinan di Indonesia masih lebih dari 9,3 persen. Sebab, ukuran kategori miskin di Indonesia masih belum sama dengan kriteria world bank yaitu memiliki pengeluaran USD2 per kapita per hari.
"Jadi di Indonesia kalau sudah punya pengeluaran di angka Rp500 ribu, maka dari itu sudah tidak dianggap masyarakat miskin," kata Ajib.
Kemudian terkait pengangguran, Ajib menganggap tingkat pengangguran yang cukup tinggi merupakan sebuah paradoks atas realisasi investasi jumbo yang kerap dilaporkan oleh pemerintah.
Sebab, penyerapan tenaga kerja Indonesia hanya berkisar 50-60 persen dari target setiap tahunnya.
"Kalau kita lihat dari investasi Rp1.400 triliun investasi masuk, 2023 itu penyerapan tenaga kerja tidak lebih dari 1,6 juta, artinya setiap Rp1 triliun uang masuk hanya menyerap 1.000 tenaga kerja," kata dia.
Terakhir, pelaku usaha juga menilai sejak 2019 - 2023 lalu lebih dari 8,5 juta penduduk turun kelas, dari kelas atas ke kelas menengah, maupun kelas menengah ke kelas bawah.
"Gini rasio, bahwa tahun 2019-2023 itu lebih dari 8,5 juta penduduk turun kelas, memang kita mengalami pandemi yang tidak mudah, tapi dengan adanya kondisi itu maka ini akan lebih membuat jurang orang kaya dan miskin," kata dia.
(NIA DEVIYANA)