Peremajaan Sawit Rakyat 2022 Terendah Sepanjang Sejarah
Apkasindo melaporkan penyerapan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pada 2022 terendah sepanjang sejarah.
IDXChannel - Asosiasi Gabungan Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) melaporkan penyerapan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pada 2022 terendah sepanjang sejarah.
"PSR tahun lalu adalah terendah sepanjang sejarah. Dari 2017 sampai 2022 puncaknya cuma 9,2 persen dari 180 juta hektar. Di Riau 0 persen, nggak malu tuh kementerian terkait? kalau BPDPKS kan cuma juru bayar," ujar Ketua Apkasindo Gulat Manurung di sela-sela acara Rakornas Kelapa Sawit di Hotel Pullman Central Park, Jakarta, Senin (27/2/2023).
Jika persoalan ini dibenahi baik-baik, maka benang merahnya dapat ditemui dan para petani bisa bergeliat memproduksi kelapa sawit.
Gulat menambahkan, sebenarnya dana yang disediakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) sebesar Rp5,6 triliun sudah cukup untuk program PSR, asalkan syarat yang ditumpuk-tumpuk seperti sekarang ini bisa dipangkas.
"Tidak akan selesai kalau ATR/BPN, Kementan, KLHK tidak duduk bareng. Hari ini cuma ATR/BPN yang hadir. Kemudian terkait dana, (misalnya) Rp30 juta cukup asal syaratnya dipangkas," tukasnya.
Adapun produktivitas minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil/CPO mengalami penurunan dari yang sebelumnya 1,2 kilogram (kg) Tandan Buah Segar (TBS) per hektare pada tahun lalu, menjadi 500 per kg TBS per hektare pada saat ini.
Oleh sebab itu, Gulat bilang untuk mengatasi penurunan produktivitas ini petani sawit harus melakukan replanting atau penanaman ulang melalui program PSR yang dibuat oleh BPDPKS.
“Produktivitas masih menurun, untuk mengatasinya harus melakukan replanting tidak ada pilihan lain. Dengah yang sudah berhasil melakukan replanting rata-rata umur 3 atau 4 tahun kelapa sawitnya bisa menghasilkan kurang lebih 2,5 ton per hektar per bulan,” ujar Guat.
Kemudian jika petani melakukan replanting atau penanaman ulang pada perkebunan kelapa sawitnya selama lima tahun, bisa menghasilkan hingga 3,5 ton dengan demand rata-rata 28%.
(DES)