ECONOMICS

Resmi Peroleh EUA BPOM, Erick Thohir Sebut Vaksin Sinopharm Digunakan untuk Booster

Suparjo Ramalan 16/02/2022 21:15 WIB

Vaksin Sinopharm resmi memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari BPOM.

Vaksin Sinopharm resmi memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari BPOM.

IDXChannel - Vaksin Sinopharm resmi memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari BPOM sebagai vaksin dosis lanjutan atau booster homolog. Vaksin ini digunakan untuk usia 18 tahun ke atas.

Vaksin booster boleh diterima masyarakat telah mendapatkan vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang- kurangnya 6 bulan. Menteri BUMN Erick Thohir menyambut gembira dengan telah diterbitkannya EUA Vaksin Sinopharm untuk dosis lanjutan atau booster tersebut. 

“Alhamdulillah, EUA dosis lanjutan atau booster untuk Vaksin Sinopharm telah dikeluarkan oleh Badan POM. Masyarakat yang telah mendapat vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang–kurangnya 6 bulan, sudah bisa menerima vaksin booster Vaksin Sinopharm ini. Saya juga bersyukur, bahwa sertifikat vaksin Sinopharm sudah tersedia di PeduliLindungi,” ujar Erick, Rabu (16/2/2022).

Vaksin lanjutan atau booster Sinopharm ini hadir untuk membantu percepatan program vaksinasi nasional yang telah dicanangkan pemerintah dan setelah dilakukan booster dengan Sinopharm tersebut. Sertifikat untuk vaksin dosis lanjutan atau booster bisa diakses di Peduli Lindungi. 

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo mencatat pihaknya menyediakan 350 Klinik untuk pelaksanaan vaksinasi dosis lanjutan dengan menggunakan vaksin Sinopharm tersebut. 

"350 Klinik Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia sudah siap untuk melaksanakan vaksinasi lanjutan atau booster dengan vaksin Sinopharm," ungkap dia.

Badan POM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk usia 18 tahun ke atas. Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer.

Adapun KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1–2.

Dilihat dari aspek imunogenisitas, peningkatan respon imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan 8 kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster. Respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

(NDA)

SHARE