RI Digempur Pakaian Bekas Impor, Nasib Industri Tekstil Merana?
Tindakan importasi pakaian bekas ilegal bisa menjadi ancaman serius bagi pasar produk UMKM di sisi hilir.
IDXChannel - Baru-baru ini pakaian bekas impor atau baju thrifting tengah hangat diperbincangkan. Pasalnya, pemerintah terus gencar melakukan pemusnahan di berbagai tempat. Lantas, bagaimana imbasnya ke industri tekstil dalam negeri?
Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mengungkapkan, dari tindakan importasi pakaian bekas ilegal bisa menjadi ancaman serius bagi pasar produk UMKM di sisi hilir.
Dia membeberkan, menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, porsi barang bekas impor telah menggerus 31 persen pasar UMKM dalam negeri.
"Yang selundupan ini, sudah menguasai 31 persen, pasar UMKM kita. Bayangkan. Jadi kalau selangkah lagi, itu UMKM itu bisa enggak karu-karuan, habis pasarnya," kata Zulkifli dalam konferensi pers, di Tempat Penimbunan Pebaean (TPP) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Cikarang, Selasa (28/3/2023).
Oleh karena itu, pemerintah mengambil langkah cepat melalui penertiban barang bekas impor ilegal, termasuk pakaian bekas.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki menuturkan, pelaku UKM tekstil menjadi terpuruk dari adanya importasi barang bekas ilegal ini. Oleh sebab itu, dia sudah mengusulkan kepada Mendag agar pakaian bekas impor jangan sampai masuk ke pasar Jawa.
"Saya sudah usulkan ke pak Mendag kemarin, agar produk-produk impor ya itu mungkin jangan langsung masuk ke pasar di Jawa. Jadi berlabuhnya produk impor itu katakanlah di Sorong, Jayapura, sehingga nanti kan kita masih bisa kompetitif produk lokal itu," kata Teten.
"Dan juga akan bagus untuk tol laut yang selama ini muatannya hanya dari barat, dari timur kosong. Sehingga biaya logistik untuk produk-produk yang dikirim ke indonesia timur itu dibebankan ongkosnya ke pengiriman dari barat," tambah dia.
Guna memberantas para importir nakal, menurut Teten, Kementerian Perhubungan serta K/L terkait lainnya bisa menentukan satu pelabuhan untuk difokuskan sebagai tempat berlabuhnya barang-barang impor. Sehingga dengan begitu akan lebih mudah melakukan pengecekan barang.
"Jadi misalnya produk-produk impor udah dilabuh di pelabuhan sorong, sehingga gampang ngontrolnya, kalau ada dari pelabuhan-pelabuhan lain yang mau masuk itu udah pasti ilegal," ungkap Teten.
Di samping itu, Teten tidak menampik bahwa China memiliki keunggulan dalam hal bahan baku. Sehingga tak ayal jika pakaian jadi Indonesia susah bersaing di pasar dunia terlebih China.
Namun, kata Teten, untuk menjaga pakaian jadi Indonesia tetap laku di pasar lokal, pemerintah bisa melakukan restriksi (pembatasan produksi) pakaian jadi China. Sehingga volume penjualan baju lokal tetap tinggi dibandingkan baju China.
"Harus diakui lah China itu punya bahan baku semuanya. Jadi produk-produk tekstil pakaian jadi itu susah kita bersaing di pasar dunia, saingan dengan produk China. Tapi kita kan bisa juga ada restriksi yang dilakukan untuk melindungi produk lokal," ujarnya.
(FAY)