ECONOMICS

Simak Kebijakan Sejumlah Negara dalam Menghadapi Resesi di Masa Lalu

Tika Vidya/Litbang MPI 11/10/2022 15:46 WIB

Sejumlah negara maju dan berkembang pernah mengalami resesi. Bahkan negara-negara tersebut mengalaminya sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Simak Kebijakan Sejumlah Negara dalam Menghadapi Resesi di Masa Lalu. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah negara maju dan berkembang pernah mengalami resesi. Bahkan negara-negara tersebut mengalaminya sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah untuk dapat bangkit dari resesi, di antaranya dengan menerapkan kebijakan agar pertumbuhan ekonomi negaranya kembali positif. Berikut kebijakan sejumlah negara maju dalam menghadapi resesi:

Amerika Serikat

Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), mempunyai tugas ganda dari Kongres untuk mempertahankan stabilitas ekonomi serta lapangan kerja. Ketika resesi, The Fed menggunakan berbagai kebijakan moneter guna menaikkan harga serta menekan tingkat pengangguran. Kebijakan tersebut meliputi operasi pasar terbuka.

The Fed dapat menurunkan suku bunga dengan membeli sekuritas utang di pasar operasi terbuka. Selain itu, The Fed  bisa mengatur bank demi memastikan mereka tidak diharuskan menahan modal terhadap kemungkinan pelunasan utang.

The Fed bisa langsung meminjamkan dana kepada bank yang membutuhkan melalui discount window. Jenis pinjaman ini dilakukan sebagai dana talangan. Namun, praktik pinjaman ini sudah bergeser ke arah pinjam berisiko.

China

China menetapkan program stimulus dalam menghadapi resesi. Pemerintah China telah mengadopsi paket kebijakan seperti kebijakan fiskal, moneter, keuangan hingga perdagangan.

Seluruh kebijakan itu untuk menjaga likuiditas pasar, memenuhi kebutuhan modal kerja, serta pembiayaan pemerintahan membuat kebijakan.

People’s Bank of China (PBC) melonggarkan pasar kredit melalui instrumen kebijakan konvensional, seperti operasi pasar terbuka, fasilitas pinjaman, dan refinancing. China juga menerapkan serangkaian langkah dukungan keuangan terhadap UKM (usaha kecil dan menengah) dengan mengurangi suku bunga hingga menyediakan jalur kredit khusus untuk dimulainya kembali produksi.

Prancis

Ekonomi Prancis masuk jurang resesi pada 2008-2009. Prancis melewati resesi yang lebih baik daripada sebagian negara Eropa lainnya.

Prancis juga termasuk di antara negara-negara yang rebound. Negara ini diuntungkan dari sektor keuangan yang cukup baik, jaring pengaman yang besar, serta intervensi pemerintah yang tegas. Oleh karenanya, Prancis mengalami resesi yang tidak terlalu parah dibandingkan negara lainnya.

Prancis mampu keluar dari resesi pada kuartal kedua tahun 2009. Kebijakan yang mereka tempuh, antara lain dengan memperkuat fondasi ekonomi. Program stimulus fiskal juga telah membantu meredam penurunan. Selain itu, pemerintah Prancis mengambil reformasi struktural guna memulihkan daya saing ekonomi.

Singapura

Singapura mengalami resesi pertamanya pada 1985. Tanda-tanda perlambatan ekonomi negara ini sudah terlihat pada 1984.

Pada kuartal kedua tahun 1985, Singapura mencatat tingkat pertumbuhan minus 1,4 persen. Resesi mengakibatkan perusahaan bangkut serta pengurangan tenaga kerja.

 Angka pengangguran Singapura pun naik menjadi 4,1 persen. Resesi di Singapura disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

Adapun faktor eksternalnya meliputi ekonomi negara di dunia yang sedang melambat, khususnya Amerika Serikat. Selain itu, Singapura juga mengalami penurunan permintaan barang.

Sedangkan dari sisi internal, biaya operasi yang tinggi terkait biaya sewa dan upah yang membuat Singapura kurang kompetitif di pasar global menjadi faktor penyebab resesi.

Guna melawan resesi, pemerintah Singapura melakukan langkah pemotongan biaya, seperti pengurangan kontribusi pemberi kerja ke Central Provident Fund dan Skill Development Fund, pembatasan upah selama dua tahun, hingga pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.

Tak hanya itu, pemerintah juga mengadopsi kebijakan privatisasi serta deregulasi guna menetapkan sektor swasta sebagai penggerak baru pertumbuhan ekonomi. Pada 1986, ekonomi Singapura pun mencatat pertumbuhan 1,2 persen, meningkat menjadi 3,8 persen.

Arab Saudi

Arab Saudi melakukan sejumlah kebijakan terkait resesi yang pernah dialaminya. Arab Saudi melakukan likuiditas dan dukungan fiskal, momentum reformasi di bawah Visi 2030, hingga harga dan produksi minyak yang tinggi membantu pemulihan ekonomi Arab Saudi.

Produksi minyak Saudi telah meningkatkan posisi fiskal. Pada 2021, pertumbuhan keseluruhan mencapai 3,2 persen. Hal ini didorong oleh rebound sektor non-minyak.

Pemerintah Arab Saudi mengelola pendapatan minyak secara berlanjut sehingga pengeluaran tidak naik turun sejalan dengan harga minyak. Langkah ini menghasilkan terjadinya kesinambungan fiskal serta mencegah kembalinya siklus boom dan bust.

Arab Saudi juga mengambil langkah-langkah seperti peningkatan bisnis, menarik investasi asing, hingga menciptakan lapangan kerja di sektor swasta.

Berbagai langkah tersebut dikombinasikan dengan tata kelola serta reformasi pasar tenaga kerja, mempermudah bisnis, meningkatkan jumlah fasilitas hingga meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.

(FRI)

SHARE