Tak Bergantung ke Fosil, Negara Ini Sukses Manfaatkan Energi Baru Terbarukan
Beberapa negara di dunia sudah mulai memanfaatkan EBT (energi baru dan terbarukan), dan tergolong berhasil guna menyediakan listrik bagi warganya.
IDXChannel - Energi terbarukan merupakan sumber energi yang ada tersedia di alam dan tidak akan habis. IESR atau Institute for Essential Services Reform dalam bukunya bertajuk ‘Energi Terbarukan: Energi untuk Kini dan Nanti’ menyebut bahwa energi terbarukan memiliki peran yang cukup vital dalam mendorong sistem ekonomi hijau yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Beberapa negara di dunia sudah mulai memanfaatkan EBT (energi baru dan terbarukan), dan tergolong berhasil guna menyediakan listrik bagi warganya. Berikut adalah daftar negara yang sukses memanfaatkan EBT.
Jerman merupakan salah satu negara dengan konsumsi EBT terbanyak. Berlandaskan informasi yang tertera dalam laman resmi IRENA (International Renewable Energy Agency), Jerman memanfaatkan 56% EBT di 2020. Adapun jenis yang digunakan adalah bioenergi, geotermal, angin, tenaga surya dan hidro. Dari beragam jenis energi tersebut, angin memiliki porsi terbesar yakni 27%. Angka pemanfaatan EBT pada 2020 di Jerman jelas meningkat dibandingkan dengan 2019. Pada tahun tersebut, jumlah kapasitas EBT yang digunakan hanya 40%. Namun, angin tetap menjadi andalan utama dengan 21%.
Sementara itu, melansir Reuters, jumlah konsumsi listrik masyarakat Jerman meningkat sebesar 4% pada 2020 menjadi 416 miliar kWh. Hal itu terjadi lantaran pandemi Covid-19 yang merebak praktis membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah dan memusatkan seluruh aktivitas dari dalam rumah. Keberadaan EBT di Jerman menyumbang total 177,7 miliar kWh di tahun tersebut.
- Inggris Raya
Negeri Ratu Elizabeth ini menggunakan EBT sebanyak 43% di 2020. Data yang diberikan Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris pada 30 September 2021 menyebut, jenis energi terbarukan pada 2020 yang paling masif digunakan di Inggris adalah bioenergi, yakni 14,8%. Disusul angin darat dengan 10,9%, angin lepas pantai dengan 9,1%, tenaga surya 8,2% dan hidro dengan 1,6%. Kondisi serupa juga terjadi pada 2021, dimana bioenergi masih menjadi energi terbarukan primadona di Inggris dengan presentase penggunaan 13,5%.
Situs berita BBC menyebut, sekitar 10 tahun hanya 3% negara di dunia yang memanfaatkan angin dan tenaga surya sebagai energi terbarukan. Sebab, pemanfaatan energi ini dianggap sangat mahal. Kini, Inggris memiliki industri energi terbarukan yang memanfaatkan angin lepas pantai terbesar di dunia.
Pada 2020, Kosta Rika telah memanfaatkan 72% energi terbarukannya dari air, 14,9% dari geotermal atau panas bumi, 12% dari angin dan 0,54 dari biomassa serta panel surya. Melansir the Tico Times, pemerintah Kosta Rika mengklaim telah menghasilkan 99,78% energi yag berasal dari sumber bersih sepanjang 2020.
Sudah selama 6 tahun berturut-turut, Kosta Rika memproduksi 98% listriknya dari energi terbarukan. Hal ini berdampak positif bagi perlindungan lingkungan negara tersebut. Sementara itu, di masa pandemi Covid-19 ini penggunaan listrik di Kosta Rika turun sebesar 3%.
Sebanyak 50% pasokan listrik yang ada di Denmark berasal dari pemanfaatan EBT, terutama angin dan tenaga surya. Berdasarkan informasi yang ada di laman State of Green Denmark, angin laut dan angin darat menyumbang 46% bagi produksi listrik di sana. Berhasilnya Denmark menggunakan EBT untuk penggunaan listrik menyebabkan produksi CO2 sangat berkurang. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlahnya bisa ditekan sebanyak 34%.
Pemerintah Denmark optimis, EBT akan mampu memasok listrik bagi seluruh masyarakat Denmark di 2030. Maka dari itu, berbagai langkah strategis pun mulai dipersiapkan. Salah satunya adalah dengan membuat pulau energi, yang akan pula memasok listrik ke negara tetangganya. (FHM)