ECONOMICS

Tak hanya Indonesia, Industri Tekstil di AS juga Terpuruk

Tangguh Yudha/MPI 03/07/2024 16:01 WIB

Sejumlah toko tekstil di Negeri Paman Sam terpaksa harus gulung tikar. Salah satunya adalah Bob’s Stores, toko baju yang telah eksis selama lebih dari 70 tahun.

Tak hanya Indonesia, Industri Tekstil di AS juga Terpuruk (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tengah terpuruk. Namun rupanya, masalah ini juga dirasakan oleh negara lain termasuk Amerika Serikat (AS).

Melansir New York Post, Rabu (3/7/2024), sejumlah toko tekstil di Negeri Paman Sam terpaksa harus gulung tikar. Salah satunya adalah Bob’s Stores, toko baju yang telah eksis selama lebih dari 70 tahun.

Dikabarkan toko baju tersebut akan ditutup secara permanen di semua lokasinya. Mereka akan melikuidasi inventarisnya di 21 lokasinya di Connecticut, Massachusetts, New Hampshire, New Jersey, New York, dan Rhode Island.

Menurut Presiden Bob’s Stores, Dave Barton, raksasa ritel itu tidak mampu mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasinya. Perusahaan pun harus menawarkan diskon 30-70% menjelang penutupan toko pada 14 Juli.

"Kami menyesal bahwa posisi keuangan kami mengharuskan likuidasi Bob’s Stores,” kata Barton. “Bob’s telah menjadi pendukung komunitas lokal kami selama hampir 70 tahun, dan kami tahu pelanggan kami mengingat kami karena telah berada di sana pada momen-momen penting dalam hidup mereka," ujarnya.

Untuk diketahui pada tanggal 20 Juni, Barton mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di bawah Bob's Stores dan perusahaan sejenisnya Eastern Mountain Sports, yang mempekerjakan 290 pekerja penuh waktu dan 481 pekerja paruh waktu.

Pada Mei, perusahaan induknya, yaitu GoDigital Media Group tiba-tiba memberhentikan 150 pekerja di fasilitas tersebut ketika perusahaan memilih untuk beroperasi dari toko mereka yang lebih besar dan terpelosok karena proses restrukturisasi yang “agresif”.

Barton mengklaim Bob's Stores dan Eastern Mountain Sports menghasilkan pendapatan bersih USD131,85 juta selama 2023. Namun, PNC Bank menuduh mereka memiliki utang hampir USD30 juta ditambah tambahan USD27 juta dalam bentuk sewa dan utang operasional yang belum dibayar.

(SAN)

SHARE