Terkait Timbunan Minyak Goreng di Medan, Ekonom: Bisa Penuhi Kebutuhan Warga Dua Minggu!
Sebanyak 1,1 juta kiloliter minyak goreng yang ditimbun di tiga gudang di daerah Deliserdang, Sumatera Utara.
IDXChannel - Sebanyak 1,1 juta kiloliter minyak goreng yang ditimbun di tiga gudang di daerah Deliserdang, Sumatera Utara, cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Medan selama 2 pekan. Jika disalurkan sesuai dengan harga yang ditentukan pemerintah, tentunya stok minyak goreng itu akan mampu menstabilkan harga.
Gunawan Bendjamin selaku Ekonom menyatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan jika konsumsi minyak goreng masyarakat di Kota Medan sekitar 0,25 liter per minggu. Sehingga untuk satu keluarga diperkirakan kebutuhannya mencapai 1 liter per minggu.
Dengan asumsi jumlah keluarga di Medan mencapai 500 ribu keluarga, maka stok minyak goreng yang mencapai 1,1 juta itu cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Medan selama 2 pekan.
"Hasil dari survey acak saya ke sejumlah ibu rumah tangga, konsumsi minyak goreng per satu keluarga di Medan tidak jauh berbeda dengan survey BPS. Jika diasumsikan minyak goreng tersebut digelontorkan atau dipasarkan saat ini juga semuanya, maka stok minyak goreng di ritel modern atau bahkan di semua pasar di Kota Medan akan terpenuhi," kata Gunawan.
Gunawan lebih lanjut menuturkan, jika 1,1 juta kilogram minyak goreng disalurkan ke masyarakat maka akan mampu menggiring harga minyak goreng di Kota Medan ke harga Rp 14 ribu per kilogram, seperti yang diatur oleh Kementerian Perdagangan.
"Jika disalurkan tentunya tidak ada lagi kelangkaan minyak goreng di Kota Medan. Jadi kita tentunya berharap pemerintah terus melakukan pengawasan dan terus melakukan penelusuran agar tidak ada penumpukan minyak goreng di manapun. Dengan kelangkaan seperti ini, seharusnya di gudang itu sudah tidak terjadi penimbunan," pungkasnya.
Untuk itu, menurut Gunawan, pemerintah harus benar-benar menguasai atau mengawasi industri hulu minyak goreng ditambah dengan distribusinya.
"Dari temuan tersebut saya justru mengkuatirkan kemungkinan adanya praktrek serupa di tempat lain. Disparitas (perbedaan) harga yang tinggi ini memang menggiurkan buat oknum pengusaha. Dan yang namanya spekulan itu bukan hanya di level pengusaha besar saja," tuturnya.
Dengan perbedaan harga minyak goreng yang terlampu besar ini memicu tumbuhnya spekulan-spekulan di lapangan. Mulai dari pengusaha besar, pedagang besar (distributor), pedagang pengecer hingga orang perseorangan yang memiliki kesempatan untuk meraup untung.
Meski demikian Gunawan mengajak masyarakat untuk jangan keburu memberikan penilaian tehadap temuan tersebut. Biarkan pihak yang berwajib yang bekerja untuk mengungkap temuan tersebut.
"Karena kalau dari kacamata saya melihatnya itu akan ada banyak kemungkinan. Bisa aja tumpukan tersebut muncul karena biaya untuk membuat minyak goreng itu tadi sudah kelewat mahal. Artinya minyak goreng berpeluang merugi jika dipasarkan mengacu kepada HET yang ditetapkan pemerintah 14.000 per liter," tandasnya.
(NDA)