ECONOMICS

Terlilit Utang Jumbo, AP I Sebut Siapa Biang Keroknya

Suparjo Ramalan 08/12/2021 17:29 WIB

Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi menyebut jumlah pinjaman perusahaan kepada kreditur dan investor mencapai Rp 28 triliun.

Terlilit Utang Jumbo, AP I Sebut Siapa Biang Keroknya (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I hingga November 2021 memiliki utang mencapai Rp 32,7 triliun. Jumlah itu berasal dari pinjaman kreditur dan investor hingga kewajiban perseroan kepada karyawan dan supplier.  

Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi menyebut jumlah pinjaman perusahaan kepada kreditur dan investor mencapai Rp 28 triliun. 

Sementara, kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan dan supplier senilai Rp 4,7 triliun.  

"Memang kita ada kewajiban lain, seperti kewajiban kepada karyawan, kewajiban ke supplier itu Rp 4,7 triliun, sehingga total kewajiban kita sekitar Rp 32,7 triliun. Namun kewajiban kita kepada kreditur dan investor itu sekitar Rp 28 triliun per November 2021," ujar Faik dalam konferensi pers, Rabu (8/12/2021).  

Pernyataan Faik sekaligus mengklarifikasi pemberitaan sebelumnya yang menyebut bahwa perusahaan tengah menanggung utang sebesar Rp35 triliun. 

Meski mengakui perseroan tengah mengalami tekanan keuangan saat ini, faik optimis pada tahun-tahun mendatang keuangan perusahaan mulai membaik seiring dengan upaya restrukturisasi keuangan yang dilakukan.  

Angkasa Pura I, akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).  

"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fundraising," katanya.  

Untuk mendorong peningkatan pendapatan, perseroan berupaya menjalin kerja sama dengan mitra strategis, seperti Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya, pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali,  dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), serta eks Bandara Selaparang Lombok. 

Faik juga mencatat, pihaknya tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit dan berkomitmen untuk dapat survive untuk menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap.  

"Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif," tutur Faik. 

(SANDY)

SHARE