ECONOMICS

Transisi ke Energi Bersih, Pertamina Gandeng Astra hingga Jababeka

Viola Triamanda/MPI 31/08/2022 10:57 WIB

Pertamina menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk melakukan transisi energi bersih dan mengejar target penurunan emisi 29 persen di 2030.

Transisi ke Energi Bersih, Pertamina Gandeng Astra hingga Jababeka (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - PT Pertamina (Persero) menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk melakukan transisi energi bersih dan mengejar target penurunan emisi 29 persen di 2030.

Beberapa kerja sama yang dilakukan yakni, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Astra Agro Lestari Tbk tentang ‘Kerja Sama dalam Potensi Hubungan Bisnis dan Pertukaran Data untuk Pengembangan Proyek-Proyek Rendah Emisi’.
 
Kerja sama ini bertujuan untuk pengembangan proyek rendah emisi dengan utilisasi limbah kelapa sawit (empty fruit bunch dan palm oil mill effluent) untuk menjadi produk Bioethanol dan Biomethane yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti (substitusi) bahan bakar fosil dan mendukung kemandirian energi nasional.
 
Selanjutnya, penandatanganan perjanjian kerja sama Pengembangan Green Industrial Cluster di Jababeka antara Pertamina Power New and Renewable Energy (NRE) Pertamina Power Indonesia (PPI) dengan PT Jababeka Infrastruktur melalui pemanfaatan PLTS Atap di gedung perkantoran Jababeka.
 
Kerja sama berikutnya yakni Joint Study Agreement (JSA) antara PPI dengan Pondera dalam kerja sama ‘Integrated Offshore Wind Energy & Hydrogen Production Facility’. JSA ini merupakan tindak lanjut MoU antara Pertamina NRE (PPI) dengan Pondera yakni perusahaan asal Belanda pada 21 April 2022 perihal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Terakhir, JSA antara  Pertamina (Persero), PEP dan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC) terkait ‘JOGMEC on CO2 Injection for Enhanced Oil Recovery (CCUS-EOR) Project in Jatibarang Field’. Dalam kerja sama ini, Pertamina dan Jogmec berkolaborasi dalam kegiatan CO2 Injection di Lapangan Jatibarang melalui studi bersama pelaksanaan proyek injeksi CO2 sebagai tahap awal untuk lebih mendukung Full Field Scale CO2-EOR sebagai metode untuk meningkatkan produksi minyak dan mengurangi emisi karbon dioksida di Lapangan Jatibarang, Jawa Barat.

Penandatanganan kerja sama ini dihadiri langsung oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

“Saya mendorong lebih banyak kemitraan global tidak hanya antara sektor swasta, tetapi juga dengan sektor publik untuk mempercepat implementasi. Kami berharap kemitraan hari ini dapat mendorong lebih banyak aksi bisnis melalui kerja sama kolaboratif antara sektor publik dan swasta,” kata Arifin melalui pernyataan resmi yang dikutip oleh MPI, Rabu (31/8/22).

Arifin mengaku senang dengan adanya kemitraan dan kolaborasi yang terbentuk di bawah payung pertemuan internasional B20 ini. Dia mengatakan, tantangan dengan penerapan teknologi rendah karbon harus ditangani bersama antara negara maju dan negara berkembang.
 
 Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kerja sama ini dilandaskan akan tingginya permintaan energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon yang diperkirakan akan meningkat untuk memerangi peningkatan emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil. Industri Minyak & Gas menyumbang lebih dari 40 persen dari total emisi GRK global, sehingga memainkan peran penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
 

"Akibatnya, ada kebutuhan untuk mempercepat transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon. Penggerak pendukung diperlukan untuk menjawab tantangan dalam mempercepat transisi energi," kata Nicke.

Lebih lanjut dia menambahkan Pertamina sebagai salah satu BUMN energi terbesar di Indonesia menunjukkan kontribusinya dalam mendukung komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Paris. 

Untuk itu, kolaborasi yang terbentuk di bawah payung B20 antara Pertamina dengan negara-negara mitra anggota G20 dalam pengembangan bersama beberapa teknologi rendah karbon akan memainkan peran kunci dalam transisi energi. Ini termasuk PV solar panel untuk klaster industri hijau, pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk bioenergi, dan pemanfaatan dan penyimpanan penangkapan karbon.
 
"Ini adalah kolaborasi antara perusahaan, dan negara, dan yang paling penting adalah kolaborasi antara umat manusia untuk berkontribusi dalam tindakan nyata dan nyata untuk mencapai tujuan konsensus menyediakan akses yang adil ke energi berkelanjutan dan melindungi iklim kita untuk generasi yang akan datang," tutup Nicke. (RRD)

SHARE