Bursa Asia Kebakaran, Investor Khawatir Tekanan Inflasi hingga Konflik Rusia-Ukraina
Sentimen penggerak perdagangan bursa Asia pada Senin pagi masih berasal dari kekhawatiran terhadap inflasi, kenaikan suku bunga Fedeeral Reserve
IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia Pasifik kompak kebakaran pada perdagangan sesi pagi, Senin (14/2/2022).
Hingga pukul 09:41 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) turun -2,42% di 27.025, KOSPI Korea Selatan (KS11) jatuh -1,88% di 2.696,13 dan Hang Seng Hong Kong (HSI) koreksi -1,41% di 24.555.
Shanghai Composite China (SSEC) dan Taiwan Weighted (TWII) merosot masing-masing -0,60% di 3.442,02 dan -1,74% di 17.991,47.
Adapun Straits Times Singapura turun -0,09% di 3.426,01, SET Thailand berakhir koreksi -0,22% di 1.699,20, dan Indonesia Composite Index / IHSG jatuh -0,99% di 6.748,19. Berbeda dari lainnya, Australia ASX 200 (AXJO) tumbuh 0,34% di 7.241,80,
Sentimen penggerak perdagangan bursa Asia pada Senin pagi masih berasal dari kekhawatiran terhadap inflasi, kenaikan suku bunga Fedeeral Reserve, hingga konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan bahwa Rusia kemungkinan bisa membuat dalih apa saja atas serangan yang dilakukan di Ukraina. AS menegaskan janjinya untuk mempertahankan setiap inci wilayah NATO.
Suasana siaga penuh ketidakpastian ini membuat indeks MSCI, yang mengukur kinerja saham Asia Pasifik selain Jepang turun -0,2%.
Pasar terus menanti dampak yang terjadi sejak rilis inflasi AS sebesar 7,5%, yang memicu spekulasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin penuh pada bulan Maret.
Kekhawatiran itu mulai tenang ketika Fed merilis jadwal pembelian obligasi yang tidak berubah untuk bulan mendatang, mengingat bank sentral mengatakan akan menaikkan hanya setelah pembeliannya berhenti.
"Tekanan inflasi telah menimbulkan tekanan lebih awal dari perkiraan awal menuju kebijakan restriktif di seluruh dunia," kata Ekonom Senior JPMorgan, Bruce Kasman, dilansir Reuters, Senin (14/2/2022).
Bruce menilai terdapat sejumlah sentimen yang membebani pasar Asia, seperti Omicron, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, dan tekanan daya beli atas inflasi yang tinggi,
"Semuanya sangat membebani pertumbuhan kuartal saat ini. Semoga itu tidak diterjemahkan ke dalam tindakan agresif di bulan Maret," tambahnya.
Perhatian pasar sekarang akan tertuju pada pidato Presiden Fed St. Louis James Bullard yang dijadwalkan Senin malam (14/2), mengingat dia baru-baru ini menyerukan pengetatan 100 basis poin kenaikan suku bunga pada Juni.
(SANDY)