Dibayangi Varian Omicron, Harga Minyak Mentah Dunia Tetap Menguat
Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan akhir pekan, Jumat (3/12/2021).
IDXChannel - Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan akhir pekan, Jumat (3/12/2021).
Penguatan ini memperpanjang sesi sebelumnya menyusul rencana organisasi negara pengekspor minyak bumi dan sekutu (OPEC+) yang akan meninjau ulang kebijakan penambahan pasokan pada pertemuan berikutnya.
Namun, performa komoditas ini masih berada di jalur penurunan selama enam pekan terakhir yang dipicu kekhawatiran varian baru Omicron dapat mengancam permintaan.
Hingga pukul 10:50 WIB, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,77%, menjadi USD67,68 per barel menambah kenaikan 1,4% pada hari Kamis kemarin.
Minyak mentah berjangka Brent naik 1,55%, seharga USD70,75 per barel, setelah naik 1,2% di sesi sebelumnya.
Seperti diketahui, organisasi produsen yang tergabung dalam OPEC+, mengejutkan pasar pada Kamis kemarin ketika masih tetap berpegang terhadap rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari (bph) pada bulan Januari 2022.
Kendati demikian, anggota OPEC dan sekutu masih terbuka atas kemungkinan menarik kembali kebijakan tersebut apabila adanya penurunan permintaan akibat pembatasan mobilitas untuk menahan laju penyebaran varian Omicron.
Mereka mengatakan akan mengadakan pertemuan lagi jika diperlukan sebelum pertemuan terjadwal berikutnya pada 4 Januari 2021.
"Investor tentu enggan bertaruh melawan kelompok tersebut (OPEC) yang pada akhir menghentikan kenaikan produksi," kata Analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Jumat (3/12/2021).
Sementara itu, analis Wood Mackenzie Ann-Louise Hittle mengatakan bahwa masuk akal bagi OPEC+ untuk tetap pada kebijakan mereka saat ini, mengingat masih belum jelas apakah Omicron dapat menembus vaksin yang telah diberikan.
"Anggota OPEC tentu memantau situasi pasar dengan cermat," kata Hittle.
Sebagai catatan, pasar komoditas minyak telah bergolak sepanjang pekan lalu dipicu oleh munculnya Omicron dan spekulasi bahwa hal itu dapat memicu kebijakan lockdown baru, mengurangi permintaan bahan bakar dan memacu OPEC+ untuk menahan kenaikan produksinya.
(NDA)