Ditinggal Standard Chartered dan DBS, Adaro Energy (ADRO) Harus Putar Otak Cari Pendanaan
Setelah Standard Chartered, kini DBS Bank akan mengurangi eksposur modal bagi emiten emas hitam milik Garibaldi 'Boy' Thohir tersebut.
IDXChannel - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) harus memutar otak dalam mencari pendanaan. Pasalnya, Sejumlah bank multinasional mulai menghentikan pendanaan proyek-proyek batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Setelah Standard Chartered, kini DBS Bank akan mengurangi eksposur modal bagi emiten emas hitam milik Garibaldi 'Boy' Thohir tersebut.
Tak main-main, DBS menegaskan akan memangkas pendanaan cukup signifikan pada akhir 2022.
"Kami tidak berniat memperbarui pendanaan apabila bisnis tersebut masih didominasi batu bara," ujar juru bicara DBS Bank, dilansir Strait Times, Kamis (8/9/2022).
Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina meyakini perusahaan-perusahaan tambang batu bara di tanah air seperti Adaro akan mencari cara agar pendanaan tetap berjalan, yaitu dengan peralihan bisnis, meskipun langkah tersebut tak secepat membalikkan telapak tangan.
"Tentu akan menuju ke sana (peralihan bisnis), cuma butuh waktu beberapa puluh tahun ke depan, sampai beberapa bank menghentikan pendanaan seluruhnya ke perusahaan-perusahaan itu," kata Martha dalam acara Mirae Asset Media Day di Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Selain itu, perusahaan pastinya telah menyadari bahwa suatu saat nanti bisnis batu bara akan redup seiring transformasi ke energi yang ramah lingkungan.
"Mereka tentu mulai melakukan diversifikasi bisnis, mereka sadar bahwa tidak bisa mengandalkan batu bara sebagai satu-satunya bisnis, seperti Adaro, Indika, dan sebagainya," imbuh Martha.
Berdasarkan laporan keuangan ADRO di semester I/2022, terlihat sebagian besar kontribusi pendapatan Adaro berasal dari penjualan batu bara. Kenaikan average selling price (ASP) menjadi berkah bagi pemasukan ADRO yang mencapai total USD3,5 miliar, atau melejit 127% year on year (yoy), dengan laba inti melonjak 338% yoy sebesar USD1,4 miliar.
Dari keuntungan tersebut, perseroan mampu menghasilkan arus kas bebas sebanyak USD1,04 miliar. Nilai tersebut naik 221% yoy, meskipun anggaran belanja modal (capex) masih membengkak menjadi USD157 juta.
Sejalan dengan hal itu, ADRO juga menyumbang royalti kepada pemerintah bersama dengan beban pajak penghasilan menjadi total USD1,20 miliar, alias meningkat 315% yoy.
CEO Garibaldi Thohir beberapa waktu lalu menegaskan bahwa laba yang tinggi dapat memberikan dukungan finansial bagi perusahaan, setidaknya untuk memacu transformasi Grup Adaro di tahun-tahun mendatang.
"Karena kami melakukan investasi besar pada energi terbarukan, pengembangan kawasan industri hijau terbesar dunia, dan mendiversifikasi semakin jauh dari batu bara termal," kata Boy Thohir dalam keterangannya. (NIA)