MARKET NEWS

Harga CPO Lanjutkan Tren Pelemahan, Kapan Balik Arah?

Maulina Ulfa - Riset 13/09/2023 10:45 WIB

Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) melanjutkan tren penurunan harga di level MYR3.683 per metrik ton (MT) pada perdagangan Selasa (12/9/2023).

Harga CPO Lanjutkan Tren Pelemahan, Kapan Balik Arah? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) melanjutkan tren penurunan harga di level MYR3.683 per metrik ton (MT) pada perdagangan Selasa (12/9/2023).

Harga CPO telah mengalami penurunan selama tujuh hari beruntun. Saat ini, harga CPO masih berada di level support di kisaran MYR3.670/MT. Sebelumnya, harga CPO sempat menembus level MYR4.040/MT pada awal September lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sementara menurut analisis Trading Economics, harga minyak sawit telah turun sebanyak 11,52 persen sejak awal tahun 2023, menurut perdagangan Contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.

Momentum Landai

Sejumlah saham emiten sawit pada pembukaan perdagangan Rabu, (13/9) bergerak mixed. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dibuka menguat 0,67 persen pada pukul 9.57 WIB. Sementara PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) naik 0,51 persen.

Emiten milik taipan Salim, Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) naik 1,03 persen. Saham emiten sawit milik Sungai Budi Group Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) juga naik 2,4 persen.

Sementara emiten sawit milik Sinar Mas, Smart Tbk (SMAR) turun 0,9 persen dan Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) juga turun 1,68 persen.

Emiten milik konglomerat Kalimantan, Haji Isam, Johnlin Agro Raya Tbk (JARR) juga turun paling dalam 2,53 persen. Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) juga memerah 0,9 persen. Sementara Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) bergerak sideways dalam perdagangan hari ini.

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan sejumlah emiten di sektor industri kelapa sawit berpotensi akan menguat. Hal ini dasarkan pada kenaikan harga CPO global yang terus terjadi.

Mirae Asset juga menaksir kinerja keuangan emiten CPO akan mendapatkan dukungan dari naiknya harga CPO karena musim kemarau berkepanjangan dampak dari El Nino.

“Fenomena El Nino memengaruhi permintaan minyak nabati dunia, salah satunya CPO karena produksinya atau suplainya turun di tingkat global dan kemudian mendongkrak harga komoditas tersebut di pasaran,” ujar Analis Riset Mirae Asset, Rizkia Darmawan dalam Media Day: September 2023, Selasa (12/9/2023).

Dia mengatakan harga CPO naik di kisaran MYR3.800/ton sejak Juni hingga beberapa hari terakhir.

Sejak awal tahun, rerata harga CPO berada pada kisaran MYR3.900/ton dan sudah turun sekitar 12 persen, sempat turun hinga kisaran MYR3.300/ton di Juni tetapi kembali naik hingga awal bulan September.

Harga CPO yang lebih murah dibanding harga minyak nabati lainnya seperti minyak rapa (rapeseed), minyak kacang kedelai, dan minyak biji matahari juga berpotensi membuat harga CPO menguat.

Sebagian besar emiten CPO, menurutnya akan menerima dampak positif dari kenaikan harga komoditas tersebut.

Namun, harga CPO masih melanjutkan tren pelemahan dalam sepekan terakhir. Mengingat landainya momentum yang biasanya sangat mempengaruhi harga CPO.

Di akhir tahun lalu, harga CPO bisa terkerek karena adanya sentimen kelangkaan minyak goreng.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah meluncurkan program pemakaian bahan bakar minyak (BBM) Biodiesel 35 persen (B35) yang berlaku mulai 1 Agustus 2023 lalu.

B35 merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Kadar minyak sawit 35 persen, sementara 65 persen lainnya merupakan BBM jenis solar.

Pemerintah berdalih, program B35 diterapkan sebagai antisipasi lonjakan harga minyak dunia serta menekan impor solar. Selain itu, program tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.

Besarnya kebutuhan CPO dalam negeri untuk program B35 diharapkan bisa mengerek harga sawit.

Hal ini sempat diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung pada 1 Februari 2023 lalu.

Gulat mengatakan mengatakan harga TBS saat ini masih di bawah harga pokok produksi (HPP) yaitu di kisaran Rp1.800-Rp2.400 per kg.

Dengan program B35 yang akan menyerap sekitar 13,15 juta kiloliter minyak sawit, TBS petani setidaknya bisa di atas HPP.

“kita tidak muluk muluk petani sawit, B35 ini prospek harganya, kita dapat Rp3.500 saja per kg sudah sejahtera,” ujar Gulat, Rabu (1/2/2023). (ADF)

SHARE