MARKET NEWS

Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 9 Bulan Karena Kekhawatiran Resesi

Febrina Ratna 27/09/2022 06:30 WIB

Harga minyak mencapai posisi terendah sembilan bulan pada hari Senin (26/9/2022) karena kekhawatiran terhadap resesi.

Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 9 Bulan Karena Kekhawatiran Resesi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak mencapai posisi terendah sembilan bulan pada hari Senin (26/9/2022). Hal itu terjadi karena kekhawatiran terhadap resesi dan dolar yang menguat.

Dilansir dari Reuters, Senin (26/9/2022) pukul 20.25 WIB, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 37 sen, atau 0,4%, pada USD85,78 per barel, setelah jatuh sejauh USD84,51, terendah sejak 14 Januari.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November turun hingga USD77,21, terendah sejak 6 Januari, dan terakhir turun 23 sen, atau 0,3%, pada USD78,51. Kedua kontrak merosot sekitar 5% pada hari Jumat pekan lalu.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama naik ke level tertinggi 20 tahun pada hari Senin. Dolar yang lebih kuat cenderung membatasi permintaan minyak dalam denominasi dolar.

Dampak dolar yang kuat pada harga minyak paling menonjol dalam lebih dari setahun, data Refinitiv Eikon menunjukkan.

Sementara itu, kenaikan suku bunga yang diberlakukan oleh bank sentral di berbagai negara konsumen minyak untuk melawan lonjakan inflasi telah menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi dan penurunan permintaan minyak yang menyertainya.

"Dengan semakin banyak bank sentral dipaksa untuk mengambil langkah-langkah luar biasa tidak peduli biaya ekonomi, permintaan akan terpukul, yang dapat membantu menyeimbangkan kembali pasar minyak," kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda di London.

Gangguan di pasar minyak dari perang Rusia-Ukraina, dengan sanksi Uni Eropa yang melarang minyak mentah Rusia mulai Desember, bersama dengan rencana oleh negara-negara G7 untuk pembatasan harga minyak Rusia, telah memberikan dukungan terhadap harga.

Perhatian beralih kepada kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 5 Oktober. Setelah sepakat pada pertemuan mereka sebelumnya untuk memangkas produksi secara moderat.

Namun, OPEC+ berproduksi jauh di bawah trget, yang berarti bahwa pemotongan lebih lanjut mungkin tidak berdampak banyak pada pasokan. Data pekan lalu menunjukkan OPEC+ meleset dari targetnya sebesar 3,58 juta barel per hari pada Agustus, penurunan yang lebih besar daripada Juli.

(FRI)

SHARE