MARKET NEWS

Harga Minyak Mentah Dekati USD110 Per Barel Imbas Rencana Embargo Migas Rusia

Dinar Fitra Maghiszha 21/04/2022 13:42 WIB

Menurut data bursa Intercontinental Exchange (ICE) Kamis (21/4/2022) hingga pukul 13:10 WIB, harga minyak Brent Juni 2022 tumbuh 1,53% di USD108,43 per barel.

Harga Minyak Mentah Dekati USD110 Per Barel Imbas Rencana Embargo Migas Rusia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak mentah kembali melanjutkan kenaikan pada perdagangan siang hari ini. Menurut data bursa Intercontinental Exchange (ICE) Kamis (21/4/2022) hingga pukul 13:10 WIB, harga minyak Brent Juni 2022 tumbuh 1,53% di USD108,43 per barel.

Sedangkan Brent Juli 2022 menguat 1,50% di USD107,93 per barel.

West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) naik 1,33% di USD103,55 per barel, sementara WTI Juni 2022 melambung 1,36% di USD102,74 per barel.

Analis melihat volatilitas harga minyak masih dapat terjadi dalam waktu dekat. Hal ini didorong oleh perkembangan kabar rencana embargo minyak Rusia yang dilakukan Uni Eropa.

"Pembicaraan Uni Eropa baik untuk melarang atau menghapus pembelian minyak dari Rusia, berpengaruh besar pada harga minyak mentah dalam beberapa hari terakhir," kata Analis Komoditas Minyak Vanda Insights, Vandana Hari, dilansir Reuters, Kamis (21/4/2022).

Sementara itu, Libya yang merupakan anggota OPEC, pada Rabu kemarin (20/4) menyatakan telah kehilangan produksi minyak lebih dari 550.000 barel per hari akibat blokade di ladang utama dan terminal ekspor.

Dari daratan Asia, prospek permintaan di China diproyeksikan masih terus membebani pasar, karena importir minyak terbesar dunia itu perlahan-lahan melonggarkan pembatasan ketat Covid-19 yang sebelumnya memukul aktivitas manufaktur dan rantai pasokan global.

Sementara itu, terminal Laut Hitam Konsorsium Pipa Kaspia dapat kembali ke kapasitas penuh minggu ini, Menteri Energi Kazakh Bolat Akchulakov mengatakan pada hari Rabu.

"Dimulainya kembali pengiriman minyak mentah CPC akan diimbangi dengan pemadaman yang berkelanjutan di Libya dan kemungkinan lebih banyak minyak mentah Rusia yang terkunci dari pasar dalam menghadapi larangan UE," kata Hari. (TYO)

SHARE