MARKET NEWS

Korporasi Jatuh-Bangun Hadapi Pandemi, Investor Lari ke Obligasi Pemerintah?

Dinar Fitra Maghiszha 19/07/2021 16:54 WIB

Sejumlah pengamat menilai obligasi pemerintah cenderung lebih aman dan stabil dibandingkan dengan obligasi korporasi sektor riil.

Sejumlah pengamat menilai obligasi pemerintah cenderung lebih aman dan stabil dibandingkan dengan obligasi korporasi sektor riil. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah pengamat menilai obligasi pemerintah cenderung lebih aman dan stabil dibandingkan dengan obligasi korporasi sektor riil yang diproyeksikan masih 'jatuh-bangun' terkena imbas pandemi Covid-19 pada semester II/2021.

"Kalau kita lihat perkembangan yield obligasi korporasi dan IHSG itu kan dalam beberapa pekan terakhir cenderung tersendat, karena kedua hal itu bergantung pada sektor riil. Kalau obligasi pemerintah itu dianggap lebih aman, karena tidak tergantung sektor riil dan imbal hasilnya lebih tinggi," kata Ekonom PT Pefindo Ahmad Nasrudin dalam Market Review, Senin (19/7/2021).

Ahmad melihat banyak investor domestik yang mengalihkan alokasi investasinya ke obligasi pemerintah pada semester II/2021. "Kalo kita lihat obligasi pemerintah masih akan mendominasi, dan jadi buruan utama di kalangan investor domestik," terangnya.

Menurut Ahmad, obligasi pemerintah masih akan relatif stabil dalam beberapa bulan mendatang. Di sisi lain, Ahmad memandang bahwa penerbitan obligasi pemerintah sekitar Rp1000an triliun justru menjadi momentum dan peluang investor.

"Kalau dari sisi investor memang tak punya pilihan ya, obligasi korporasi dan saham rentan sekali terkena dampak sektor riil, mau tak mau ya di obligasi pemerintah," ungkapnya.

Pefindo memproyeksikan yield obligasi pemerintah ada di kisaran 6,1-6,5 untuk yield obligasi dengan tenor 10 tahun.

"Penerbitan obligas pemerintah sekitar 1000 triliun, itu kan mereka menyerap anggaran di awal tahun untuk alokasi di kuartal-kuartal terakhir, kalau kita lihat masih on the target," ujar Ahmad.

Sementara untuk korporasi, Pefindo memproyeksikan akan lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya.

"Kalau obligasi korporasi, diprediksi awal kami kan di sekitar 150 triliun, kami dulu mengasumsikan gelombang kedua (Covid-19) tidak sedrastis ini. (Ke depan) paling akan lebih rendah daripada perkiraan kami, (yaitu) ada di 130 triliun,"tukasnya. (TIA)

SHARE