MARKET NEWS

Menakar Rencana IPO PalmCo, Potensi ‘Cuan’ dari Produk Ini Besar?

Melati Kristina - Riset 29/08/2022 17:56 WIB

Perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit tersebut ditargetkan mendapatkan pendanaan baru sebesarRp5 triliun hingga Rp10 triliun.

Menakar Rencana IPO PalmCo, Potensi ‘Cuan’ dari Produk Ini Besar? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – PalmCo, subholding dari PT Perkebunan Nusantara III (PTPN), di targetkan untuk melakukan initial public offering (IPO) pada tahun 2023 mendatang.

Perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit tersebut ditargetkan mendapatkan pendanaan baru sebesarRp5 triliun hingga Rp10 triliun.

Menurut penjelasan Direktur Utama PTPN Mohammad Abdul Ghani, pihaknya terlebih dahulu mengkonsolidasikan seluruh aset berupa kebun kelapa sawit untuk dikelola oleh PalmCo, sebelum IPO dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan.

"Hitung-hitungan saya Rp5triliun hingga Rp10 triliun. Itu diproyeksikan dari IPO," ungkap Ghani saat ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Senin (22/8), dilansir dari IDX Channel.

Selain itu, Ghani menyebutkan, saat ini PTPN memiliki lahan kelapa sawit sebesar 500 ribu hektar (ha). Adapun guna mendukung ekspansi PalmCo, PTPN akan mengkonversi lahan tanaman karet menjadi kelapa sawit yang luasnya 200 ribu ha.

Dengan demikian, PalmCo akan mengelola lahan sawit seluas 700ribu ha. Proses ini menjadikan perusahaan sebagai perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan target luas area mencapai 706 ribu ha pada 2026 mendatang.

Sementara di tahun tersebut, PalmCo menargetkan untuk mampu menghasilkan olein dan biodiesel masing-masing 1,8 juta ton dan 433 ribu ton per tahunnya.

Saat ini, produksi Crude Palm Oil (CPO) PTPN setara 6 persen hingga 7 persen dari total produksi CPO nasional. Harapannya, olein yang dihasilkan oleh PalmCo di tahun 2026 mendatang dapat memenuhi 30 persen konsumsi minyak goreng domestik.

Potensi 'Cuan' dari Program Mandatori Biodiesel

Industri sawit masih potensial di masa depan, apalagi ditopang sentimen positif dari Program Mandatori Biodiesel oleh pemerintah. Program Mandatori B30 jadi program strategis Presiden Joko Widodo dengan menyerap minyak sawit lokal dalam negeri untuk memproduksi biodiesel.

Sebelumnya, pemerintah juga memberlakukan program B20, atau pencampuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen bahan bakar solar. Adapun B20 sudah diberlakukan sejak Januari 2016, sedangkan B30 diberlakukan pada Januari 2020.

Asal tahu saja, program B30 yang berlaku saat ini merupakan pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen bahan bakar solar yang menghasilkan produk Biosolar B30.

Teranyar, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meningkatkan campuran biodiesel dari 30 persen menjadi 40 persen atau B40. Sebelum kebijakan ini diterapkan, dibutuhkan pengujian B40 untuk mengetahui kualitasnya dengan uji jalan menggunakan kendaraan bermesin diesel.

Adapun uji jalan tersebut diharapkan bisa selesai di akhir tahun 2022 sehingga dapat dihasilkan rekomendasi teknis untuk implementasi B40.

Sementara berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) per 20 April 2022, stok minyak sawit dalam negeri dari Januari hingga Februari 2022 sudah mencapai 5,04 juta ton.

Dari angka tersebut, penggunaan sawit untuk minyak goreng konsumsi sebanyak 1,56 juta ton. Sedangkan pemakaian untuk biodiesel mencapai 2,1 juta ton.

Menurut data Aprobi, penyaluran campuran biodiesel 30 persen pada solar di tahun 2021 sudah mencapai 8,44 juta kilo liter (kl). Sementara di tahun 2022, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan sebesar 10,15 juta kl.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan, penggunaan CPO dalam negeri untuk kebutuhan biodiesel pada 2022 mencapai 42,9 persen dari total produksi dalam negeri.

Sebagaimana dikutip dari Kementerian ESDM, produksi biodiesel ditargetkan mencapai 11,6 juta kl pada tahun 2025 mendatang. Dengan diberlakukan rencana peningkatan penggunaan biodiesel dapat mengurangi ketergantungan Indonesia dari bahan bakar minyak (BBM) impor.

Dalam data tersebut turut disebutkan, realisasi penyaluran biodiesel di tahun 2021 sudah mencapai sebesar 9,28 juta kl. Sedangkan saat ini, Indonesia sudah memiliki kapasitas terpasang biodiesel sebesar 15,49 juta kl. 

Periset: Melati Kristina

(ADF)

SHARE