sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Potensi Cuan IPO PalmCo dan Gurihnya Bisnis Sawit Nasional

Market news editor Melati Kristina - Riset
29/08/2022 07:00 WIB
Perusahaan sawit PalmCo milik PTPN mau IPO pada 2023 mendatang. Bagaimana kekuatan raksasa industri ini di Tanah Air?
Potensi Cuan IPO PalmCo dan Gurihnya Bisnis Sawit Nasional. (Foto: MNC Media)
Potensi Cuan IPO PalmCo dan Gurihnya Bisnis Sawit Nasional. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) berencana menargetkan subholdingnya yang bergerak di sektor kelapa sawit yakni PalmCo untuk melakukan initial public offering (IPO).

Adapun pendanaan baru yang ditargetkan mencapai Rp5 triliun hingga Rp10 triliun. Rencananya penawaran saham perdana PalmCo akan dilakukan pada 2023 mendatang.

Menurut penjelasan Direktur Utama PTPN Mohammad Abdul Ghani, pihaknya terlebih dahulu mengkonsolidasikan seluruh aset berupa kebun kelapa sawit untuk dikelola oleh PalmCo, sebelum IPO dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan.

"Hitung-hitungan saya Rp5triliun hingga Rp10 triliun. Itu diproyeksikan dari IPO," ungkap Ghani saat ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Senin (22/8), dilansir dari IDX Channel.

Ghani juga menyebutkan, saat ini PTPN memiliki lahan kelapa sawit sebesar 500 ribu hektar (ha). Adapun guna mendukung ekspansi PalmCo, PTPN akan mengkonversi lahan tanaman karet menjadi kelapa sawit yang luasnya 200 ribu ha.

Dengan demikian, PalmCo akan mengelola lahan sawit seluas 700ribu ha. Proses ini menjadikan perusahaan sebagai perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan target luas area mencapai 706 ribu ha pada 2026 mendatang.

Selain itu, PalmCo mampu menghasilkan olein dan biodiesel masing-masing 1,8 juta ton dan 433 ribu ton per tahunnya. Harapannya, olein yang dihasilkan dapat memenuhi 30 persen konsumsi minyak goreng domestik.

Deretan Taipan Kuasai Kebun Sawit

Selain PTPN, Indonesia memiliki berbagai emiten jagoan sawit yang berkecimpung di industri ini. Konglomerasi Grup Salim juga menggeluti industri ini melalui unit usahanya yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk atau SIMP.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 30 Juni 2022, kepemilikan Grup Salim di SIMP melalui Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) mencapai 72 persen. Sementara PT Indofood Sukses Makmur juga menguasai 6,55 persen dari saham emiten ini.

Adapun kegiatan usaha SIMP meliputi pembudidayaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi serta pemasaran produk minyak goreng, margarin dan shortening.

Selain memiliki SIMP, IndoAgri juga mengakuisisi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) pada tahun 2007 melalui SIMP. Hingga 30 Juni 2022, kepemilikan saham SIMP di emiten ini mencapai 59,48 persen.

Berdasarkan situs resmi perusahaan, per 31 Desember 2021, LSIP memiliki 93,85 ribu ha area tanaman sawit.

Grup Sinar Mas juga memiliki anak usaha di sektor sawit, yakni PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang mempunyai perkebunan sawit seluas 137,10 ribu ha.

Adapun aktivitas utama dari emiten ini adalah pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK), hingga memprosesnya menjadi minyak goreng, margarin, shortening, biodiesel dan oleokimia, serta perdagangan produk berbasis kelapa sawit.

Selanjutnya yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang mendirikan unit usaha perkebunan kelapa sawit pada 1984 lalu di Riau. Emiten milik Grup Astra ini menjadi salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar di Tanah Air dengan luas tanaman mencapai 287,60 ribu ha.

Pada tahun 1997, AALI resmi melantai di bursa dengan melakukan IPO. Adapun sebesar 20,32 persen sahamnya dikendalikan oleh publik, sementara sebesar 61,99 persen sahamnya dikuasai oleh PT Astra International Tbk.

Kemudian Grup Sampoerna juga berkecimpung di industri ini melalui anak usahanya yakni PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). BEI mencatat, per 31 Juli 2022, saham SGRO dikendalikan oleh Sampoerna Agri Resources PTE LTD, yakni kepemilikannya mencapai 69,68 persen.

Selain itu, ada pula PT Jhonlin Agro Raya (JARR) yang berdiri sejak 2019 lalu. JARR resmi melantai di bursa pada 4 Agustus 2022 lalu. JARR memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 17,02 ribuha yang menghasilkan TBS.

Adapun emiten ini dimiliki oleh pebisnis terkaya di Kalimantan Selatan, yaitu Haji Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam melalui perusahaannya yakni PT Eshan Agro Sentosa Tbk (EAS). Adapun EAS memiliki saham sebesar 86,64 persen di emiten ini.

Selain itu, perusahaan milik konglomerat Tanah Air yang telah berkecimpung di industri sawit di antaranya adalah PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang dimiliki oleh Grup Rajawali.

Informasi saja, Grup Rajawali dimiliki oleh konglomerat Peter Sondakh yang merupakan orang terkaya ke-18 di Indonesia menurut Forbes pada 2021.

Taipan lainnya yang memiliki perusahaan sawit, yakni Grup Bakrie yang menaungi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), serta Grup Triputra milik Theodore Permadi Rachmat yang memiliki PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement