Rekor IHSG Dibayangi Gap dengan Sektor Perbankan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru saja memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) pada Kamis (18/9/2025).
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru saja memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) pada Kamis (18/9/2025). Namun, euforia kenaikan ini dinilai belum sepenuhnya mencerminkan kondisi riil pergerakan sektor utama di bursa.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sebelumnya menyentuh ATH di level 8.068,01 di awal sesi Kamis (18/9) kemarin, tersengat sentimen pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
Sementara, hingga penutupan sesi I, Jumat, indeks acuan tersebut turun tipis 0,06 persen ke level 8.003,39.
Dalam sepekan, IHSG meningkat 1,90 persen dan mendaki 1,79 persen dalam sebulan.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai kenaikan indeks ke level tertinggi belum mencerminkan pergerakan seluruh sektor.
“Kenaikan ATH ini tidak diiringi dengan kenaikan saham-saham perbankan, sehingga outlook dari IHSG masih sama. Masih ada gap antara angka IHSG dengan movers utama dari perbankan,” kata Michael, Jumat (19/9/2025).
Ia menegaskan pentingnya investor memahami kondisi tersebut. “Investor perlu mencermati kesenjangan antara angka IHSG dengan korelasi saham-sahamnya,” ujarnya.
Menurut Michael, strategi pemilihan saham juga harus disesuaikan. “Pemilihan saham jika mengikuti benchmark IHSG harus sesuai dengan beta (korelasi), bukan weighting saja,” tuturnya.
Michael sebelumnya menjelaskan, pemangkasan suku bunga BI mengejutkan banyak pihak. Menurutnya, langkah ini memberikan katalis positif bagi pasar.
“Ini mengejutkan banyak pihak karena konsensus sendiri mengatakan bahwa BI akan mengerem pemangkasan suku bunga,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Ia menambahkan, kekhawatiran pelemahan rupiah akibat pemangkasan suku bunga BI bisa terimbangi oleh kebijakan The Fed.
“Ini menjadi katalis positif untuk market, karena pemangkasan suku bunga BI dikhawatirkan akan melemahkan rupiah. Tetapi, ini bisa diimbangi dengan pemangkasarn Fed Rate oleh Powell semalam,” kata Michael.
Dalam pandangannya, pernyataan The Fed terbaru juga memberi sentimen tambahan.
“Dan dalam pernyataan semalam, The Fed mengatakan ada potensi pemangkasan suku bunga dua kali lagi,” ujarnya.
Pada Rabu (17/9), BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75 persen, level terendah sejak akhir 2022. Seluruh 31 ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga.
BI juga memangkas suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,50 persen.
Sementara, dikutip dari Reuters, pada Kamis (18/9) dini hari waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers menyampaikan bahwa bank sentral AS menurunkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin menjadi 4,00-4,25 persen.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemangkasan lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan pada pertemuan Oktober dan Desember. Powell menegaskan bahwa pelemahan pasar tenaga kerja kini menjadi perhatian utama dirinya dan para pembuat kebijakan lainnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.