Saham Bumi Resources (BUMI) Melonjak 23,89 Persen, Sang Bos Beri ‘Bocoran’ Penting
Manajemen mengungkapkan sejumlah sentimen positif yang turut mendorong investor memborong saham BUMI.
IDXChannel – Harga saham emiten batu bara grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melompat tinggi ke level Rp140 per saham, melanjutkan tren kenaikan akhir-akhir ini. Manajemen mengungkapkan sejumlah sentimen positif yang turut mendorong investor memborong saham BUMI.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/9/2022), harga saham BUMI melesat 23,89% ke Rp140/saham dengan nilai transasksi Rp8,2 miliar, terbesar di bursa.
Selain itu, volume perdagangan saham BUMI juga tertinggi di bursa hari ini, mencapai 1,1 triliun saham.
Kenaikan saham BUMI hari ini melanjutkan kenaikan beruntun sejak Jumat pekan lalu (5/8).
Alhasil, dalam seminggu saham BUMI sudah melambung 21,74%, dalam sebulan terbang 77,22%.
Sementara, sejak awal tahun (ytd), saham emiten yang melantai di bursa sejak Juli 1990 ini sudah meroket 108,96%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Investing.com
‘Bocoran’ dari Bos BUMI
Manajemen BUMI pun turut memberikan pendapat soal sentimen yang menjadi katalis positif di tengah lonjakan harga saham BUMI.
Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava kepada IDXChannel, Selasa (9/8/2022), menggarisbawahi sejumlah faktor penting yang menopang kenaikan harga saham perusahaan.
Dileep mendaftar sejumlah backdrop utama, mulai dari sentimen sektor yang kuat hingga harga batu yang menembus rekor.
Dia bilang, harga batu bara yang mengangkasa terjadi di tengah kekurangan pasokan, krisis energi, harga gas yang mahal, dan diperburuk oleh perang di Ukraina serta inflasi.
Selain itu, faktor keamanan energi yang pada gilirannya mengesampingkan transisi ke energi bersih, ditandai oleh Uni Eropa yang kembali menggunakan batu bara, ikut menjadi penggerak harga batu bara.
Dileep menambahkan, “Bank menolak mendanai proyek terkait batubara, maka tidak ada peningkatan kapasitas yang mungkin. Satu-satunya bahan baku cadangan yang dapat diandalkan adalah batubara. Energi terbarukan tidak dapat diandalkan.”
Oleh karena itu, jelas Dileep, harga batubara kemungkinan akan tetap tinggi dalam dasawarsa ini dan kemungkinan seterusnya karena kesenjangan permintaan melebar dengan pasokan yang ada.
Menjawab pertanyaan IDXChannel soal alasan investor membeli saham BUMI menjelang rilis laporan keuangan (lapkeu) semester I 2022 perusahaan, Dileep memaparkan, hasil lapkeu semester I yang sudah diaudit akan diumumkan pada September.
“[Laporan keuangan] 1H22 [semester I 2022] yang sudah diaudit akan diumumkan bulan depan. Bottom line [pos laba] yang jauh lebih baik, harga yang lebih tinggi, pembayaran utang yang dipercepat,” kata Dileep kepada IDXChannel.
Dileep melanjutkan, “BUMI adalah saham yang paling undervalued kualitasnya di sektor ini [batu bara] dengan prospek ke depan yang sangat baik. Investor yang cerdik merasakan hal ini.”
Soal Valuasi BUMI
Dengan kenaikan yang tinggi saat ini, rasio harga saham dibandingkan laba per saham (PER) BUMI (disetahunkan) mencapai 6,22 kali. Angka ini masih lebih ‘murah’ (undervalued) atau berada di bawah rerata industri 6,82 kali.
Namun, PER BUMI masih kalah ‘murah’ dibandingkan dua kompetitornya, misalnya PT ADRO Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang berada di angka 4,37 kali dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 3,72 kali.
Melihat harga saham BUMI saat ini, Dileep Srivastava mengatakan harga saham BUMI masih di bawah harga wajar.
“Laba per saham (EPS) BUMI dalam 12 bulan terakhir (LTM) selama 1 April 2021-31 Maret 2022 adalah Rp32/saham. Dibandingkan rerata PER sektor 6 kali, [BUMI] undervalued,” kata Dileep kepada IDXChannel, Selasa (9/8/2022).
Hanya saja, lantaran ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik induk BUMI per laporan 31 Maret 2022 masih negatif (minus USD441,66 juta), rasio harga saham dibandingkan nilai buku (PBV) BUMI negatif 2,44 kali.
Namun, apabila memasukkan kepentingan nonpengendali (termasuk saham di BRMS dan PT Arutmin Indonesia), jumlah ekuitas BUMI positif USD755,13 juta. Ini selaras dengan pernyataan Dileep beberapa waktu lalu.
“Ekuitas BUMI saat ini net positif,” kata Dileep kepada IDXChannel (2/8/2022).
“Laba ditahan (retained earnings) kami berada di teritorial negatif saat ini karena akumulasi kerugian di masa lalu. Semoga kami dapat mencoba dan menjadi positif dalam parameter ini segera,” imbuh Dileep.
NBS Clients dan Pembayaran Utang BUMI
Penguatan BUMI akhir-akhir terjadi salah satunya seiring masuknya investor asing dengan menggunakan nama NBS Clients atawa bisa disebut klien NBS dan memakai rekening escrow (mirip rekening bersama yang dikelola pihak ketiga) via broker Citibank, N.A.
NBS CLients tercatat beberapa kali mengakumulasi kepemilikan di saham BUMI sejak 19 Juli 2022 sampai 1 Agustus lalu, sebagaimana dikutip dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Pada 19 Juli, NBS Clients membeli 815.464.600 saham BUMI sehingga kepemilikannya bertambah dari 4,94% menjadi atas 5 persen (tepatnya 5,54%) sehingga nongol di data KSEI yang dirilis di website bursa.
Teranyar, pada 1 Agustus, NBS Clients telah menggenggam 9.417.265.262 atau setara dengan 6,98% saham BUMI.
Dus, selama 19 Juli sampai 1 Agustus, NBS Clients total mengakumulasi 2.752.932.462 saham.
Mengacu pada data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), NBS Clients mencantumkan alamat di Kasernenstrasse 1, 8021 Zurich, Swiss. Mengacu pada laman swiss-banks.info, alamat tersebut merupakan alamat kantor cabang Nomura Bank (Switzerland) Ltd.
Berdasarkan situsweb Nomura, Nomura Bank (Switzerland) Ltd, biasa disingkat dengan nama ‘NBS’, terutama aktif sebagai perantara dan memfasilitasi transaksi efek di bursa Asia Pasifik atas nama investor institusi yang berbasis di Swiss.
Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava sendiri mengungkapkan, tidak mengetahui siapa di balik NBS Clients tersebut.
‘[Kami] tidak tahu [soal hal tersebut],” kata Dileep kepada IDXChannel, pada 2 Agustus 2022.
Kabar teranyar, BUMI mengumumkan telah memproses pembayaran utang kedelapan belas sebesar USD118,3 juta melalui agen fasilitas pada Selasa 12 Juli 2022.
Pembayaran ini mewakili pinjaman pokok sebesar USD115,3 juta dan bunga sebesar USD3,0 juta untuk Tranche A. Ini termasuk USD20 juta yang diterima dari Arutmin.
Dengan dilakukannya pembayaran triwulanan ke-delapan belas, perseroan saat ini telah membayar keseluruhan sebesar USD731,3 juta secara tunai (cash), terdiri atas pokok Tranche A sebesar USD557,1 juta dan bunga sebesar USD174,2 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).
"Seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B," tulis Dileep Srivastava melalui keterangan resminya yang dikutip oleh MPI, Rabu (13/7/2022). (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.