Sejarah Saham BBYB, Emiten Milik Bank Digital Neo Commerce
Sejarah Saham BBYB atau PT Bank Yudha Bhakti Tbk memang perlu diulas. Pasalnya, Bank Yudha Bhakti juga turut serta dalam pembentukan Bank Neo Commerce.
IDXChannel - Sejarah Saham BBYB atau PT Bank Yudha Bhakti Tbk memang perlu diulas. Pasalnya, Bank Yudha Bhakti juga turut serta dalam pembentukan Bank Neo Commerce, sebuah layanan perbankan digital. Transisi dari bank tradisional ke bank digital dilakukan setelah Akulaku menjadi pemegang saham terbesar Bank Yudha Bhakti pada pertengahan tahun 2019.
Bank Yudha Bhakti didirikan pada tahun 1990 dan sahamnya dimiliki oleh delapan koperasi Polri/TNI. Enam tahun kemudian, bank tersebut mengadakan aliansi dengan sektor swasta untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan persyaratan peraturan saat itu.
Pada tahun 2001, Bank Yudha membuka cabang dan kantor cabang pembantu di Jawa dan Sumatera. Per Juni 2014, saham Bank Yudha Bhakti dimiliki oleh PT. Gozco Capital (61,10%), Pusat Koperasi TNI/Polri (PUSKOP) (28,94%), Koperasi Pegawai BYM (5,96%), Sugeng Subroto (4,00%).
Pada tahun 2015 Bank Yudha Bhakti go public dan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. PT Akulaku Silvrr Indonesia kemudian menjadi salah satu pemegang saham Bank Yudha Bhakti pada tahun 2019. Per Agustus 2020, total kepemilikan saham Akulaku adalah 24,98%.
Sisanya dipegang oleh PT Gozco Capital Tbk dengan 20,12%, disusul PT Asabri (Persero) 18,62% dan Yellow Brick Enterprise Ltd 11,09%. Sisanya milik investor lain, termasuk publik.
Hal ini menjadikan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pemegang saham terbesar Bank Yudha Bhakti. Pada 7 September 2020, PT Bank Yudha Bhakti Tbk juga berubah nama menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk dan menjadi bank digital untuk memberikan layanan yang lebih nyaman kepada nasabah.
Laporan Keuangan BBYB
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatat pertumbuhan perbankan digital yang stabil dari bulan ke bulan. Per Agustus 2022, perseroan mencatatkan total pinjaman sebesar Rp8,4 triliun, meningkat Rp956,2 miliar (12,76%) dibandingkan Rp7,5 triliun pada Juli 2022.
Ditambahkannya, seiring dengan pertumbuhan kredit, aset perseroan juga meningkat Rp450 miliar atau 2,95% menjadi Rp15,7 triliun pada Agustus 2022 dibandingkan Rp15,3 triliun pada Juli 2022. Sementara dari sisi likuiditas, DPK meningkat sebesar 2,82% atau 2,82% secara total menjadi Rp11,9 triliun pada Agustus 2022 dari Rp327,3 miliar pada Juli 2022. Dampak dari pertumbuhan aset dan simpanan tersebut Net Interest Income (NII) BNC pada Agustus 2022 akan meningkat 27,30% atau Rp894,4 miliar dibandingkan Rp702,6 miliar pada Juli 2022.
Net Interest Margin atau NIM meningkat 1,03% menjadi 11,98% pada Agustus 2022 dari 10,95% pada Juli 2022. Pertumbuhan lain yang dicapai BNC adalah pendapatan fee based yang meningkat 11,05% menjadi Rp230,9 miliar pada Agustus 2022 dibandingkan posisi Rp207,9 miliar pada Juli 2022. (SNP)