News

Bukan WFH, Ini Saran Pakar Lingkungan Soal Tekan Polusi Udara

Avirista M/Kontributor 21/08/2023 11:46 WIB

Kualitas udara di DKI Jakarta yang memburuk mmbuat pemerintah menerapkan kebijakan WFH untuk sebagian ASN. Namun kebijakan tersebut dinilai kurang tepat. 

Bukan WFH, Ini Saran Pakar Lingkungan Soal Tekan Polusi Udara. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kualitas udara di DKI Jakarta yang memburuk mmbuat pemerintah menerapkan kebijakan WFH untuk sebagian ASN. Namun kebijakan tersebut dinilai kurang tepat. 

Kepala Pusat Studi Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Sukarsono menjelaskan polusi yang saat ini menjadi penyebab udara buruk berasal dari banyaknya gas karbon dioksida. Jutaan kendaraan yang dimiliki dan palu lalang di Jakarta inilah yang disebut akademisi menimbulkan efek langsung polusi udara.

Ia mengungkapkan, polusi udara secara prinsipnya dipengaruhi oleh kandungan molekul senyawa kimia berupa logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2).

"Salah satu sumber penyumbang polusi udara adalah dari asap kendaraan bermotor, yang salah satunya menghasilkan gas karbon monoksida," ujar Sukarsono, dikonfirmasi pada Senin (21/8/2023).

Hal ini diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) Provinsi DKI Jakarta terbaru yang menyebut, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta berada di angka lebih dari 26 juta kendaraan. Kendaraan - kendaraan tersebut meliputi mobil penumpang, bus, truk, serta sepeda motor.

“Dengan jumlah kendaraan bermotor yang sebegitu banyak di ibu kota Jakarta, sudah jelas itu menjadi salah satu penyumbang polusi udara,” ujar pria yang pernah bekerja sebagai auditor pembuangan limbah industri di Jakarta.

Dirinya menambahkan, pabrik-pabrik yang dalam proses produksinya menghasilkan gas dari cerobong-cerobong asap juga berpotensi menyumbang polutan. 

Ditambah dengan kondisi cuaca pada musim kemarau dengan intensitas curah hujan rendah. Hal itu membuat polusi yang ada di udara tetap terkumpul dan bertahan di udara.

“Jakarta kan kota yang padat, kendaraan dan industri juga ada banyak di sana. Tentu saja, pencemaran udara akan terlihat jelas. Apalagi kalau intensitas hujan rendah, polutan-polutan di udara akan semakin terlihat karena akan tetap bertahan di langit,” tambahnya

Menurutnya, untuk mengantisipasi polusi udara tersebut, perlu adanya riset atau penelitian lebih mendalam terkait dengan kandungan apa yang menjadi dominasi dalam pencemaran udara. 

Meski begitu, ia juga memberikan beberapa solusi, salah satunya dengan melakukan peningkatan standarisasi pembuangan emisi gas buang bagi kendaraan bermotor serta pabrik-pabrik.

“Mencari penyebab kejadian seperti ini, jangan hanya mengandalkan pikiran spekulatif saja. Semua harus berdasarkan riset. Mereka yang bicara juga harus dari para ahli, sehingga bisa segera mengetahui penyebab utamanya dan bagaimana standarisasi emisi gas buang yang harus lebih diperhatikan,” tegasnya

Di samping itu, langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat dalam ikut berperan mengurangi polusi udara yaitu dengan mengoptimalkan moda transportasi umum. 

Bisa juga dengan memilih opsi jalan kaki atau bersepeda. Tidak hanya berkontribusi menekan angka polusi, tapi juga bisa menyehatkan kesehatan tubuh.

"Saya juga berpesan kepada pemerintah untuk berkomitmen penuh dalam memperhatikan kualitas udara yang ada. Bukan hanya di Jakarta yang kini jadi sorotan, tapi juga daerah-daerah lainnya. Misanya saja dengan menyediakan fasilitas yang nyaman bagi pejalan kaki, serta peningkatan kualitas moda transportasi umum agar masyarakat lebih nyaman," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, untuk menekan tingkat polusi udara di Jakarta, sebagian Aparatur Sipil Negara (ASN) Jakarta diminta untuk bekerja dari rumah kembali atau Work From Home (WFH). Kebijakan ini telah diterapkan mulai Senin (21/8/2023) hingga tiga bulan ke depan atau pada 21 Oktober 2023. 

Namun di hari pertama pemberlakuan WFH sejumlah jalan-jalan protokol di Jakarta juga masih macet. Bahkan kualitas udara juga masih belum sehat. 

Data dari lembaga pemantau kualitas udara asal Swiss, IQAir, kualitas udara Jakarta Senin pagi masih kategori tidak sehat. 

Pada pukul 6.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta sudah di angka 162 dengan konsentrasi polutan utama, yaitu PM2.5 sebesar 77 mikrogram per meter kubik. Jakarta berada di urutan ke-6 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia saat itu.

Satu jam kemudian, AQI Jakarta menurun dua poin menjadi 160 dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 73 mikrogram per meter kubik. 

Kualitas udara Jakarta berada di urutan kelima kota terburuk di dunia di bawah Seattle, Amerika Serikat Doha, Qatar Portland, Amerika Serikat dan Lahore, Pakistan.

Pukul 8.00 WIB indeks kualitas udara Jakarta tetap di angka 160 dengan jumlah PM2.5 sebanyak 72,8 mikrogram per meter kubik. Jakarta berada di urutan keenam kota terburuk di dunia di bawah Seattle, Amerika Serikat, Doha, Qatar Portland, Amerika Serikat, Johanessburg, Afrika Selatan, dan Lahore, Pakistan.

Sementara di pukul 9.00, saat jam perkantoran umumnya sudah dimulai, indeks kualitas udara Jakarta naik menjadi 163 dengan jumlah PM2.5 sebesar 78 mikrogram per meter kubik. 

Namun, Jakarta masih di urutan keenam kota dengan kualitas udara terburuk di dunia di bawah Seattle dan Portland di Amerika Serikat Johanessburg, Afrika Selatan Lahore, Pakistan dan Doha, Qatar

(SLF)

SHARE