News

Kemenkes Sebut Pembiayaan Penyakit Stroke Capai Rp3,23 Triliun di 2022

Syifa Fauziah/MPI 27/10/2023 14:49 WIB

Sebenarnya kasus stroke ini 90 persen bisa dicegah apabila menghindari faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, merokok, diet yang tidak sehat dll.

Kemenkes Sebut Pembiayaan Penyakit Stroke Capai Rp3,23 Triliun di 2022 (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Hari Stroke Sedunia diperingati setiap tanggal 27 Oktober. Di momen ini tentunya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI khususnya memberikan imbauan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit stroke.

Pasalnya menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti mengatakan stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung baik di negara maju maupun negara berkembang.

“Di Indonesia stroke menjadi penyebab kematian utama yaitu 19,42 persen dari total kematian berdasarkan dan berdasarkan hasil Riskesdas, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk tahun 2013 menjadi 10,9 per 1000 tahun 2018,” tuturnya.

Tak hanya itu, dari segi pembiayaan, stroke jadi penyakit dengan pembiayaan terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker yaitu sekitar Rp3,23 triliun tahun 2022.

“Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp1,91 triliun dari data BPJS kita kutip tahun 2022,” jelas Eva kepada media dalam konferensi pers virtual, Jumat (27/10/2023).

Eva menambahkan sebenarnya kasus stroke ini 90 persen bisa dicegah apabila menghindari faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan kondisi fibrilasi atrium.

Berdasarkan diagnosis dokter tahun 2018, prevalensi hipertensi usia lebih dari 18 tahun sebesar 8,4 persen, prevalensi pada penduduk usia lebih dari 15 tahun sebesar 2,0 persen, prevalensi merokok pada penduduk usia lebih dari 10 tahun 28,8 persen, prevalensi kurang aktivitas fisik lebih dari 10 tahun sebesar 33,5 persen, prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur pada penduduk usia 5 dan lebih sebesar 95,5 persen.

“Kondisi inilah yang jadi tantangan pencegahan pengendalian stroke di Indonesia,” ucapnya.

Untuk itu, dr Eva mengatakan pihaknya melakukan transformasi kesehatan, layanan primer melalui promosi dan edukasi pencegahan faktor risiko stroke melalui perilaku CERDIK. Selain itu, kita melakukan edukasi untuk bisa mengenali gejala stroke dengan slogan SeGeRa Ke RS.

“CERDIK itu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Dan SeGeRa Ke RS itu adalah Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba, Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, bicaRa pelo / tiba-tiba tidak dapat bicara / tidak mengerti kata-kata / bicara tidak nyambung, Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh, Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba, dan Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor / gemetar, sempoyongan),” paparnya.

Tak hanya itu, Kemenkes juga memiliki program integrasi layanan primer deteksi dini faktor risiko stroke dengan melakukan pemeriksaan profil lipid bagi penyandang diabetes melitus dan hipertensi sebagai kelompok yang berisiko tinggi terkena stroke.

“Kami juga mengembangkan resisten medicine melalui transformasi teknologi kesehatan melalui well genom yang sudah diterapkan RS PON,” tutup Eva.

(SAN)

SHARE