SYARIAH

AMPHURI Sebut Jamaah Indonesia yang Ibadah Umrah Tak Perlu Tunggu Aplikasi Tawakalna

Widya Michella 07/01/2022 18:08 WIB

Jamaah umrah asal Indonesia tidak perlu menunggu sinkronisasi aplikasi PeduliLindungi dengan Tawakalna. 

AMPHURI Sebut Jamaah Indonesia yang Ibadah Umrah Tak Perlu Tunggu Aplikasi Tawakalna

IDXChannel - Ketua tim Advance Mitigasi Sistem Umrah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Muhammad Azhar Gazali menyampaikan jamaah umrah asal Indonesia tidak perlu menunggu sinkronisasi aplikasi PeduliLindungi dengan Tawakalna. 

Pasalnya, pihak muassasah telah memberikan alternatif kepada jamaah Indonesia yakni pemakaian gelang penanda sebagai identitas. Gelang ini pun cukup efektif digunakan sebagai alat pengenal dan tiket masuk untuk beribadah di Masjidil Haram dan Nabawi. 

Selain itu, jamaah umrah juga diberikan surat izin atau tasreh untuk melakukan ibadah. Sehingga menurutnya aplikasi Tawakalna hanya sebuah sunnatullah karena telah di-backup oleh kedua alternatif tersebut.

"Kalau mau beribadah ke sana menggunakan itu juga hanya sebuah sunnatullah karena di-backup oleh muassasah, dengan gelang yang kita gunakan. Dan surat izin atau tasreh yang dibuat oleh mereka dalam bentuk lembaran untuk masuk ke tempat tertentu raudhah dan melaksanakan umrah," ucap Azhar saat dihubungi MNC Portal, Jumat,(07/1/2022).

Ia mengatakan tidak masalah jika aplikasi PeduliLindungi tidak disinkronisasi dengan aplikasi Tawakalna. Sebab aplikasi PeduliLindungi sendiri berisi informasi pribadi warga negara Indonesia. 

Untuk sinkronisasinya pun juga harus dibutuhkan MoU antara kedua negara. Sehingga lanjut Azhar, pemerintah Indonesia dapat terus menggunakan QR Barcode dalam sistem informasi pengawasan terpadu umrah dan haji khusus (Siskopatuh) yang telah terintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi.

"Kalau PeduliLindungi mau diintegrasikan dengan Tawakalna, saya rasa agak mengkhawatirkan juga karena terkait dengan data pribadi warga negara Indonesia. Menurut saya kita ikuti apa yang kita punya SISKOPATUH itu saja yang kita pakai," ujar dia.

Ia menyebut Pemerintah Arab Saudi sendiri telah cukup bijak dalam mengambil jalan alternatif tersebut. Karena tidak semua orang langsung mengerti menggunakan
aplikasi Tawakalna milik Arab Saudi ini. 

"Mereka juga tahu kalau Indonesia tidak paham soal itu, sehingga muassasah diberikan kepercayaan untuk memberikan gelang penanda sebagai identifikasi kita," ucapnya.

Azhar mengatakan penggunaan gelang penanda juga bukan hanya terjadi di negara Indonesia bahkan ada beberapa negara juga menggunakannya.

"Beberapa negara menggunakan gelang penanda yang sama, hanya warnanya berbeda-beda. Tapi warna tersebut tidak membedakan fungsinya tetap sama," tutur dia.

Sebelumnya, Waketum Amphuri ini menyampaikan bahwa sertifikat vaksin Indonesia hingga kini belum terbaca di aplikasi Tawakalna Saudi. Padahal aplikasi tersebut menjadi syarat penting bagi jamaah untuk masuk ke Raudhah dan digunakan untuk penerbitan izin umrah.

"Sekarang posisi kita semua disini Tawakalnanya berwarna ungu mestinya hijau sampai saat ini itu yang masih jadi problem. Di dalam menu Tawakalna itu sendiri seperti PeduliLindungi ada izin penerbitan misalnya kita mau umrah dan masuk ke Raudhah," ujar dia. 

Ia mengira hanya vaksin Sinovac saja yang berwarna ungu. Namun ternyata hal itu berlaku bagi semua jenis vaksin di Indonesia. "Rata-rata Sinovac seperti itu, tapi setelah saya cek ternyata yang AstraZeneca dan lain-lain warnanya juga ungu," ujarnya.

Dikarenakan tidak terbacanya sertifikat vaksin di Indonesia. Maka tim advance diberikan gelang penanda oleh muassasah dan tasreh (surat ijin) untuk dapat memasuki Masjidil Haram.

"Kalau mau personal bagusnya pakai tawakalna masuk ke tempat ibadah. Kalau kita ramai-ramai karena Tawakalnya belum berfungsi maksimal kita harus pakai surat izin atau tasreh," ucapnya.

(NDA)

SHARE