Ini Daftar Pekerjaan yang Tidak Dapat Digantikan ChatGPT
Kehadiran chatbot berbasis artificial intelligence (AI), ChatGPT digadang-gadang akan menggeser banyak posisi pekerjaan.
IDXChannel - Kehadiran chatbot berbasis artificial intelligence (AI), ChatGPT digadang-gadang akan menggeser banyak posisi pekerjaan.
Namun studi terbaru mencatat bahwa ada cukup daftar pekerjaan yang aman dari ancaman teknologi yang dikembangkan oleh OpenAI tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan University of Pennsylvania dan OpenAI mengungkapkan bahwa sekitar 80% tenaga kerja AS dapat terpengaruh setidaknya 10% dari tugas kerja mereka setelah kehadiran OpenAI. Hanya sekitar 19% pekerja yang terpengaruh setengah pekerjaannya.
Masih menurut studi tersebut, teknologi baru akan memengaruhi semua tingkat upah, dengan pekerjaan berpenghasilan lebih tinggi berpotensi menghadapi risiko penggantian yang lebih besar. Individu yang memegang gelar Sarjana, Magister, dan profesional lebih berisiko kehilangan pekerjaan mereka.
Pekerjaan yang paling berisiko adalah matematikawan, penyusun pajak, analis kuantitatif keuangan, penulis dan pengarang, desainer antarmuka web dan digital, pembuat teks simultan, pengoreksi, penanda salinan, akuntan, auditor, analis beita, jurnalis, dan asisten administrasi.
Sementara pekerjaan yang paling aman adalah operator alat pertanian, atlet, mekanik mesin otomatis, tukang bangunan, koki, petugas kantin, bartender, pencuci piring, pemasang dan perbaikan saluran listrik, tukang kayu, pelukis, tukang pipa, jagal, dan tukang batu.
Seperti dilansir dari Metro, Selasa (28/3/223), sementara ChatGPT menjadi berita utama, itu hanya sebagian kecil dari apa yang dapat dilakukan LLM. Dalam bentuknya saat ini, penelitian menunjukkan bahwa hanya 3% pekerja AS yang memiliki lebih dari setengah tugas mereka yang terpapar GPT.
Pada potensi penuhnya, LLM dapat memproses dan menghasilkan berbagai bentuk data berurutan, termasuk bahasa rakitan, urutan protein, dan permainan catur. Jadi, teknologi tersebut dapat menyebabkan implikasi ekonomi, sosial, dan kebijakan yang menonjol, kata para peneliti.
(DES)