Jual 49 Persen Saham, Ford Hengkang dari Rusia
Ford mengikuti jejak produsen mobil lainnya untuk meninggalkan Rusia, setelah menjual 49 persen sahamnya di Sollers Ford Joint Venture.
IDXChannel – Ford menjual 49 persen sahamnya di Sollers Ford Joint Venture untuk mengakhiri semua operasi di Rusia. Ford akhirnya mengikuti jejak produsen mobil lainnya untuk meninggalkan negara beruang merah tersebut.
Dikutip dari Reuters, Senin (31/10/2022), salah satu alasan Ford meninggalkan Rusia karena sanksi terkait perang di Ukraina yang semakin memperumit operasi bisnis. Ini merupakan tindak lanjut dari penangguhan pekerjaan mereka di Rusia pada Maret lalu.
Sebelumnya, produsen mobil asal Amerika Serikat itu telah menghentikan proses manufaktur, pasokan suku cadang, IT, dan dukungan teknik. Hal ini membuat pabrik mereka di Rusia tak beroperasi dan menyebabkan kerugian.
Ford telah menyerahkan sejumlah saham ke usaha patungan tersebut, dengan tujuan dapat mempertahankan opsi selama lima tahun untuk membelinya kembali jika situasi global berubah.
Padahal, Rusia menjadi salah satu pasar terbesar Ford dengan menjual sekitar 20.000 unit kendaraan sepanjang 2021. Pada 2019 perusahaan patungan itu menutup dua pabrik perakitan dan pabrik mesin di Rusia. Ford merestrukturisasi investasinya di Rusia pada 2019 dan menyerahkan kendali usaha kepada Sollers.
Ford mengikuti jejak perusahaan AS, termasuk Cisco Systems Inc dan Nike Inc yang angkat kaki dari Rusia, setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi atas invasi ke Ukraina, sehingga hampir tidak mungkin bagi produsen untuk melakukan bisnis di sana.
Bukan hanya Ford yang memutuskan untuk meninggalkan Rusia, Mercedes adalah produsen mobil lain yang mengumumkan bahwa mereka juga akan meninggalkan Rusia pekan ini.
Selama presentasi hasil keuangan kuartal ketiga, perusahaan asal Jerman itu mengungkapkan bahwa mereka akan menjual asetnya. Mercedes menghentikan produksi lokal dan juga akan berhenti mengekspor kendaraan ke Rusia.
Mercedes akan menjual asetnya ke Avtodom, rantai dealer mobil, dan mereka bukan satu-satunya produsen mobil yang melakukan itu saat meninggalkan Rusia. Nissan dan Renault melakukan hal yang sama dengan menjual aset dan saham mereka ke perusahaan lain.
Sementara itu, Lamborghini, Honda, dan BMW juga telah menghentikan operasi bisnis di Rusia sejak invasi, dengan beberapa bahkan menyumbangkan uang mereka ke Ukraina sebagai bentuk dukungan kemanusiaan.
Toyota juga telah mengakhiri operasi manufaktur akhir bulan lalu setelah tidak melihat indikasi bahwa mereka akan memulai kembali operasi di Rusia.
Fasilitas di Saint Petersburg yang dapat memproduksi 100.000 kendaraan per tahun berhenti beroperasi pada Maret lalu. Produksi di fasilitas tersebut dimulai pada 2007. Toyota mengatakan akan membantu karyawan dengan pekerjaan kembali, pelatihan, dan dukungan lainnya.
(DES)