"Memang ini salah satu tantangan bagi kami di industri asuransi umum khususnya karena memang nature dari bisnis kami ada yang korporasi, ada yang medium, ada yang masuk SMEs, ada yang mikro," ujar Budi.
Adapun AAUI saat ini mendorong dan menjembatani anggotanya untuk membuat platform yang bisa menjadi mass product yang ujungnya akan lebih murah.
Kedua, lanjut Budi, ada kekhawatiran mengenai ancaman siber seperti di perbankan yang saat ini kerap terjadi. Menurut dia, AAUI sedang berpikir ke arah sana jika 60 persen anggota menuju digitalisasi, maka pihaknya sedang melakukan ke negara seperti China, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan.
"Industri asuransi umum saat ini tertinggal di negara ASEAN mungkin nomer 2 dari bawah, tapi ini challange bagi semua, OJK sebagai regulator kami juga men-challange kita karena literasi masih di bawah 3 persen, inklusi juga masih di bawah 4 persen, jadi masih banyak peluang," tutur Budi.
Peluang itu, lanjutt Budi, tetap ada karena masyarakat saat ini 70 persen merupakan pengguna gadget yang tidak terelakkan. Budi memperkirakan 4-5 tahun ke depan dengan adanya dorongan regulator dan pemerintah, akan terjadi pergeseran dalam industri asuransi.
(Febrina Ratna)