Bank investasi ini biasanya menghasilkan keuntungan dari komisi yang diterima dari jasa mereka.
JPMorgan menduduki peringkat pertama bank investasi terkemuka secara global per Desember 2022, dalam hal pangsa pasar pendapatan.
Selama itu, pendapatan JPMorgan menyumbang 8% dari pendapatan perbankan investasi global. Goldman Sachs mengikuti, dengan pangsa pasar 7,8%. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di AS, hukum yang mengatur bank investasi disahkan dalam The Glass-Steagall Act pada 1933 setelah jatuhnya pasar saham di tahun 1929 menyebabkan kegagalan bank besar-besaran.
Tujuan undang-undang tersebut adalah untuk memisahkan kegiatan perbankan komersial dan investasi. Pencampuran aktivitas perbankan komersial dan investasi dianggap sangat berisiko dan mungkin memperburuk kehancuran 1929.
Ini karena, ketika pasar saham ambruk, investor bergegas menarik uang mereka dari bank untuk memenuhi margin call dan untuk tujuan lain, tetapi beberapa bank tidak dapat memenuhi permintaan ini karena mereka juga telah menginvestasikan uang klien mereka di pasar saham.
Mengutip MarketWatch, jika melihat performa bank investasi sepanjang 2022 lalu, JPMorgan dan Goldman Sachs masih menjadi pemain utama di perbankan investasi. Namun bisnis mereka menyusut secara signifikan pada tahun 2022.
Adapun JPMorgan Chase mencatatkan penurunan pendapatan menjadi USD4,55 miliar per 14 September 2022, turun dari USD8,52 miliar pada tahun 2021 pada periode yang sama. Sementara, Goldman Sachs mencatatkan pendapatan USD4,2 miliar, turun dari perolehan tahun sebelumnya sebesar USD8,1 miliar.
Kabar PHK di sektor bank investasi sebenarnya bukan menjadi barang baru sejak tahun lalu. Sebelumnya, pesaing Goldman Sachs, JP Morgan juga memangkas karyawannya pada pertengahan 2022 lalu.
Angin resesi yang sejak 2022 dihembuskan akan terjadi pada tahun ini sepertinya sudah mulai tercium dari kebijakan PHK berbagai bank investasi ini. Sektor keuangan, terutama investasi berisiko tinggi, kemungkinan akan semakin mengencangkan ikat pinggang di tahun ini. (ADF)