"Kita karena sudah menjadi perusahaan terbuka, kami sendiri ingin melihat persepsi orang terhadap Bank Jatim apakah memang berisiko yang nantinya tercermin dari harga jual (obligasi) kita atau memang masih dipandang lebih baik," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Bank Jatim pernah menerbitkan obligasi pada 2008, sehingga sudah lama tak melakukan hal itu lagi. Saat ini, perseroan tengah memproses obligasi PUB yang ditargetkan bisa diterbitkan pada kuartal III-2025 dengan komposisi Rp2-Rp3 triliun untuk 2025 dan sisanya 2026.
"Penerbitannya diperkirakan Agustus-September dan itu saya perkirakan banyak investasi yang maturity (jatuh tempo) di bulan-bulan itu, Agustus-September-Oktober dan prediksi kita (suku bunga) Fed juga akan turun di kuartal III-IV di ujung. Kalau itu yang terjadi, maka harga yang kita harapkan mudah-mudahan sesuai dengan harapan," kata Edi.
Per 31 Desember 2024, BJTM mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp90 triliun, tumbuh 15,11 persen secara tahunan. Rinciannya, Current Account Saving Account (CASA) Rp56 triliun atau 62 persen dan Rp34 triliun berupa deposito berjangka.
Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp75,4 triliun pada 2024, melesat 38 persen dibandingkan 2023 yang sebesar Rp54,7 triliun. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan atau NPL) gross naik menjadi 3,09 persen dari 2023 yang sebesar 2,49 persen.
(Rahmat Fiansyah)