Sunarso menegaskan BRI akan tetap membagikan dividen dengan menjaga dividend payout ratio yang optimal. Pasalnya, kata dia, kondisi permodalan perseroan masih sangat kuat.
“BRI memiliki tambahan modal Rp41 triliun yang berasal dari rights issue pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian. Selain itu, rasio kecukupan modal BRI masih sangat kuat, dimana CAR (Capital Adequacy Ratio) BRI tercatat sebesar 25,1 persen pada akhir triwulan-II 2024,” ujarnya.
Menurut Sunarso, dengan permodalan yang kuat, BBRI tidak perlu untuk menahan laba dan dapat membagikannya sebagai dividen. “Saya sebagai CEO yakin bahwa sampai lima tahun ke depan berapa pun laba BRI, layak dibagi dalam bentuk dividen. Karena apa? Karena memang tidak dibutuhkan untuk menahan laba untuk memperkuat modal, karena modalnya sudah sangat kuat,” kata Sunarso.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Kementerian BUMN mendapat target dividen pada tahun 2025 sebesar Rp90 triliun. Target tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp85 triliun. "Saya rasa angka yang fantastis," ujarnya.
Erick menyadari setoran dividen BUMN ke kas negara tidak hanya didasarkan pada peningkatan laba, tetapi juga pada penguatan kinerja melalui efisiensi. Pada saat yang sama, dilakukan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).